Allah Maha Baik

Tuesday, December 31, 2013

CAT: Catatan Akhir Tahun

Gubrak, besok udah tahun baru, menghabiskan hari-hari di rumah memang tak pernah terasa lama. Meski selalu saja saya membawa borongan pekerjaan, yang saya pikir awalnya sedikit tapi rupanya lumayan, dari mulai nilai-nilai, analisis, rancangan program, dsb dsb yang membuat liburan ini terasa berat :D. Bahkan dalam mimpi pun terbawa-bawa, ini ni akibat drama queen sebagiannya masih belum dibuang, apa-apa yang dipikirkan dan dikerjakan ikut menghiasi bunga mimpi malam-malamnya, swear, jadi berasa masih bekerja, dikejar-kejar pekerjaan mungkin lebih tepatnya.

Oh ya, sempat tertawa waktu ayah yang jarang sekali mengubah status lalu menuliskan sebaris pertanyaan aneh, bertumpuk dan tidak jelas. Nah setelah diklarifikasi tentang maksud dan tujuan dari kalimat tersebut, saya dihantarkan ke kamar beliau yang sudah tertempel tulisan besar-besar, yang paling membekas dan jadi pemikiran saya sepanjang ikut jalan-jalan, selama memasak ini itu, makan juga (oke, saya terlalu suka berpikir hal yang satu saat melakukan hal lain), pernyataan pertama berbunyi tentang kematian. Apa yang paling dekat dalam kehidupan ini? Jawabnya kematian. Sangat dekat, hingga sering terlupakan. Sama halnya dengan Tuhan yang tak pernah menjaga jarak tapi sering terlupakan, aghhhhh pengen jungkir balik rasanya ingat tahun ini dan sebelum-sebelumnya. Kematian yang datang tanpa ijin terlebih dahulu. Jika dulu saya pernah mendengar kisah lama dari ayah yang saya tidak tahu itu dari masa mana, atau hadis mana, ceritanya begini. Singkat saja, ketika seorang bapak tua meninggal, ia lalu protes pada Tuhan (ingat cerita Will Smith dan anaknya btw, skip it). "Tuhan, mengapa Engkau mencabut nyawaku tanpa permisi? Tanpa ada bel pengingat? Kan saya bisa siap-siap, begitu kira-kira." Lalu jawaban yangdiperolehnya begini, "kenapa kamu tidak memperhatikan surat pemberitahuan dari malaikat untukmu, lihat putih ubanmu yang menandakan kurangnya umurmu, lalu pendengaranmu yang juga berkurang, kemudian matamu yang kian kabur, dan masih banyak lagi peringatan yang tak kamu indahkan." Kurang lebih begitu, jika ayah adalah pencerita yang te o pe, entah itu bahasa inggris atau bukan, atau cerita dari zaman sekarang entah zaman tempoe doloe, my daddy is number one, dan nampaknya tidak menurun ke saya. Hm, kadang hal-hal genetis itu pilih-pilih ya? 

Kembali ke kematian, nah kalau dari cerita tersebut saya bisa menyimpulkan bahwa kematian (most of) menyerang orang-orang tua, meski tidak dipungkiri bahwa yang muda pun banyak beruban. But, what? Kalau kita lihat lagi, lihat banget, kematian tidak sebegitu setia pada orang tua, lah yang muda saja akhir-akhir ini banyak yang udah dijemput duluan. Ini ni yang bikin saya sumpah tidak bisa tidur nyenyak.
Jika saya tidak mudah tersentuh oleh film drama atau film enyek-enyek lainnya, saya masih punya hati untuk cerita tertulis dan juga peristiwa yang menimpa orang-orang di sekitar saya, terutama yang kenal. Kemarin saya diajak mengunjungi rumah seorang guru SMP saya yang saya baru tahu bahwa beliau ini baru meninggal dua minggu lalu. See, beliau belum tua-tua amat dan dilihat dari foto terbarunya beliau belum beruban, masih gagah, masih tampan. Mendengar cerita istrinya yang berlinang air mata, saya seddddiiiiiiih sekali. Beliau ini punya anak tiga yang kecil-kecil dan bungsu malah belum mengerti apa-apa. Yang lebih sedih lagi jika melihat karya beliau yang luar biasa, saya merasa terpukul. Istilah istrinya, suami saya baru membuatkan kaki untuk kami, saya rasanya tidak kuat untuk berjalan...:(  Saya melihat foto-foto saat mereka sama-sama. Bersama sekolah lagi hingga sarjana, bersama membangun mimpi-mimpi membantu banyak orang,. God cerita begini seratus kali lebih menyentuh dari video sedih manapun. Saya malah tidak terbayang kalau di posisi beliau seperti apa jadinya. Bapak ini pernah jadi tepatnya pembina eskul waktu saya SMP, beliau bisa disebut multi talented, bisa silat, elektronik, macam-macam sampai Bahasa Inggris, makanya saya selalu salut, datang kemari sebatang kara dan saya baru tahu beliau dulu tidak memegang ijazah sarjana, yah namanya juga pembina eskul tapi semua dulu saya panggil bapak atau ibu kalau sudah berada di lingkungan sekolah. Episode kehidupan beliau dilanjutkan dengan jatuh cinta dan menyunting tetangga depan rumah saya. Kemudian keduanya hidup layaknya pasangan biasa, tapi karyanya itu loh, bapak ini sudah bikin beberapa lembaga yang sampai saat ini masih ada di kepala saya bahkan tanpa prototype..*ugh gondok dengan diri sendiri. Sudah dari dulu saya ingin melihat karya beliau dari dekat dan mampir untuk bercerita tentang banyak hal, tapi menunda-nunda hal baik itu memang selalu buruk. Look, saya baru mampir ke rumah beliau yang memang cukup jauh sekarang, saat saya hanya bisa menyaksikan semua ruang kosong, buku-buku ensiklopedia, hingga yasin yang berserakan bergambar beliau...pathetic. Kematian itu tega-tega saja. Mati sebenarnya jauh berbeda dengan hampir mati. Saya sering sekali merutuki kejadian yang membuat saya mati suri tahun lalu hingga awal tahun ini, wake up, girl. Saya mikir bapak ini umurnya 40an dengan karya yang banyak sekali manfaatnya untuk keluarga dan lingkungan sekitarnya. Balik lagi, lagi-lagi balik, mimpi apapun setinggi gunung jangan sampai membuat diri ini hanya menjadi manusia yang hanya kerangkanya saja. Manusia saja, egois, semua tentang diri sendiri, tanpa meninggalkan bekas-bekas atau sebutlah masterpiece untuk kemaslahatan umat. Tidak selalu sebuah maha karya, bisa saja yang sederhana, yang kecil-kecil. Duuuh Tuhan, kenapa menjadi manusia baik dan lurus itu susah? 

Kesibukan duniawi, juga kesibukan mencari makna alias mikir saja tanpa aksi itu menyebalkan. Sepanjang jalan pulang kerumah saya jadi ingat seorang teman karib saya yang awal tahun ini kehilangan suami. Okelah jika bapak guru saya sudah meninggalkan banyak hal agar istri dan anak-anaknya dapat melanjutkan kehidupan serta kebersamaan yang sudah lama yang sebenarnya relatif sekali. Tapi teman akrab saya ini harus kehilangan suaminya ditahun ketiga pernikahannya. Ditinggal dengan seorang anak laki-laki imut yang pendiam tanpa keluarga lain di pulau antah berantah tanpa pegangan dan tanpa kaki seperti yang diatas. sedatar-datar emosi saya, saya tetap akan ikut menangis jika ke rumah teman saya tersebut. Setiap kali kawan, setiap ke rumahnya ia akan tetap bercerita tentang suaminya, tentang singkatnya waktu bersama, tentang tidak ada tanda-tanda berarti bahwa ia akan pergi. Belum lagi kesulitan yang ia hadapi saat berjuang hidup di pulau ini, jauh dari rumah, orang tua jauh dan bekerja, kalau saya jadi dia, sepertinya saya akan meninggalkan pekerjaan dan berlari ke rumah orang tua. Tapi entahlah, benar bila Tuhan berkata manusia punya ujian masing-masing. Tidak lagi seragam seperti ujian SMA, SNMPTN, atau TOEFL, atau apapun ujian yang sama untuk tiap kepala. Kehidupan tidak begitu. Manusia punya ukuran masing-masing hingga apapun yang dihadapkan padanya berbeda. Jika saya berkata tidak sanggup menghadapi ujian yang diterima karib saya tersebut, banyak juga teman saya mengaku tidak akan sanggup berada di posisi saya dengan ujian bertubi-tubi yang tampak mengerikan, mengerikan memang. Tapi lihat, manusia pada dasarnya kuat dengan apapun yang disuguhkan didepannya. Haruskah saya mengulang kalimat si Forest Gump, Life is like a box of chocolate, we will never know what taste will we have. Jika kehidupan menyuguhkan sekotak coklat, kita berbicara tentang coklat yang banyak rasanya bukan coklat satu macam saja, maka rasa yang ditawarkan akan berbeda dan coklat juga punya rasa pahit tidak enak tapi punya banyak khasiat. Itulah saya rasa perumpamaan tersebut bisa diambil untuk kehidupan. Yang sulit, yang pahit bisa jadi obat. 

Karena kehidupan begitu panjang (relatif) maka potongan-potongan kejadian yang dilalui pun harus dihadapi dengan penuh rasa-rasa yang susah belajarnya. Katakanlah orang mudah mengatakan "sabar", "ikhlas", "semangat", atau sejenis itu. Saya katakan susah karena porsinya harus terus berkembang dan belajarnya pun seumur hidup. Lah, jika semudah menghapal definisi sabar maka manusia di dunia ini akan jadi penyabar semua, tapi tidak, semua memakan proses panjang luar biasa yang melelahkan. Akhir tahun, tidak terasa sudah sangat ujung, tapi saya yakin tidak ada kata terlambat untuk mengubah arah hidup. Kalaupun sulit, sudah pasti sangat sulit setidaknya berusaha, ya kan? Don't you think this is what we call the real long life learning? I personally believe nobody is too tired of learning how to live, although I can say for sure there are a lot of people are tired of being in a classroom. Fortunately learning is not only in that tiny space, it's a lot wider :)

Thursday, December 26, 2013

Kaleidoscope, another version

At the edge of 2013. Love to do such a flash back. I did these long time ago for making sure whether all my targets achieved or not but for this year it's just a slide show of memories, no targets, no more ideas of being pushed.

Six (first) month of this year. They were such a nightmare. You know, if you used to run then you have to walk (even) very slowly, it simply would make you hopeless. I was going back to the place I thought I belonged but I saw many things changed. The changes were not those that I was supposed to be ready for them. So, I got a very long days run slowly. Guess what? Was it like in a jail? Not too bad, but I just didn't love it at all. All promises simply unveiled, then I got all lies laughing at me. To make it worse, I started not to believe anybody because of the crash happened.

Later, I didn't wanna be arrogant, but sometimes it seems for me life gives me some things when I don't ask for them anymore. Since July, the rhythm moved to another direction. It gave me beats although some looked staccato. Well done for the acknowledgement, let"s turn on the slide shows.

"ki"
Ah, I am still confused to replaced this term with what, since ki can be he, she, or it, somewhat they in several conditions. Maybe I can describe for the general one first. ki is the source of my learning recently, because on the previous I was too blind to learn, too much enjoying the atmosphere. ki shows me how life should be. I can find how truth is still the important point because lies won't help. Lies will lead you to the wrong ways and decisions. Lies can hurt many lives around. ki lets me learn how being honest is far better than being skillful on lying. Another point is ki teaches me how easy throwing words and promises, but complicated and hard applying them. How someone keeps his promises show how responsible he is. A man is respected not for what he is saying, but for what he is doing. ki is the model of this. ki has done many things without asking back. ki has become many things just because I need ki for being something else. ki is multi-talented. I have gone through every second of this year with ki, ah except October I bet. Another year without ki will be harder.

ki is the major color of my 2013, now let's move to another stories of me. I said before in my writing that keeping promise to myself is a bit harder. I proved that again, in another case. See, at the first days of this year, I said I would read different genre, not only fiction that can make me so barely not poetic at all. But, again I break it, when I see the lists of books read, novels are still number one. They are enormous, making my old cupboard tired. I can say, my reading is decreasing recently maybe it's so hectic. I still prefer reading the real books to e-books. Those e-books let me down, let my eyes painful. I am sure I have to adapt myself if I want to be a part of tech era :), no worries, I just love buying books than those unfriendly gadgets. 

Ah ya, accomplishment. I am not sure I have one. None of my previous old targets are achieved, even I forget them all. Maybe my lifestyle is better, but what? I still a lover of fast food or canned food or sold food instead of my own cooking. But, yeah, I do a lot exercises at least, somewhat regular. Isn't that great? About my job, hmm what should I say? I enjoy it a lot, going in early morn and coming home late in the afternoon is good. I won't tell that in detail.

Well, 2013.. is not my favorite year. 


Wednesday, December 18, 2013

Nulis Sampai Keriting

Dua minggu terakhir terdiri dari hari-hari yang membuat pusing. Jika minggu sebelumnya kepala panas karena harus berhadapan dengan komputer dan perhitungan angka serta kertas-kertas jelek tapi tidak boleh hilang, maka minggu ini adalah penderitaan yang harus ditanggung oleh jari (kanan tepatnya) karena entahlah siapa yang bisa disalahkan atas kegilaan ini. Raport kurikulum 2013 benarlah bukan raport biasa, ukurannya saja sudah lebih besar dari raport sebelumnya begitu juga lembaran yang harus diisi. Hebatnya, benda ini baru datang Senin siang tepatnya, hingga proses menulis baru bisa dimulai Selasa pagi.

Well, look at this precious but simply annoying finally. Ada delapan halaman yang harus diisi, okelah jika kegiatan ini bisa dilakukan sesantai menyetrika, but ir's not. Menulis raport sama bosannya dengan menulis ijazah untuk ajaran tahun lalu, tidak santai sama sekali, harus fokus, karena salah sekali saja you can't make it. Tidak bisa di tip x sesuka hati apalagi di coret.

Let me describe the things, dimulai dari bismillah, eh dimulai dari cover yang hanya nama dan nomor induk serta NISN, tapi nulisnya harus rapi, harus agak cantik dikit biar enak dilihat. Lembar kedua (masih biasa) berupa data sekolah, nomor-nomor, alamat, website, whatever. Terus biodata siswa (masih sama saja) dengan biasanya. Nah memasuki halaman ke empat hingga delapan inilah perjuangan sesungguhnya dimulai. Ada lima data atas yang harus ditulis, dua tanda tangan di bawah, lalu nilai-nilai. Nilai ini berupa tiga bentuk, lima kolom tepatnya, dua untuk pengetahuan (satu nilai rentang 1-4), satu predikat A-D, kemudian dua untuk psikomotor dan satu untuk sikap. Kolom nilai disertai dengan nama guru dan seterusnya. Nah, belakangnya pemirsa membuat eneg sumpah, soalnya setiap nilai-nilai yang imut itu harus dideskripsikan panjang lebar untuk masing-masing ranah. Sudah terbayang seberapa menderitanya? Sudah, ah kalau belum mampirlah kemari dan rasakan sendiri penderitaan jempol yang tiada tara. Ini saja menyempatkan diri sejenak untuk berbagi, untuk bercerita pada dinding bisu ini. Tiap orang punya cara sendiri untuk tidak menjadi tertekan bukan? *Ugh defensive.

Baiklah, baiklah kenapa harus meracau jika ini yang disebut resiko pekerjaan? :D huft. Untuk ukuran saya yang sudah jarang sekali menulis dengan pena/ pensil, menulis raport dan ijazah memanglah sesuatu. Tapi tidak apa-apa, demi kau dan si buah hati, hmm demi anak-anak tercinta yang jumlahnya juga banyak sekali untuk ukuran kelas aktif. Jadilah saya ibu yang harus bersabar tentu saja. Bukan hanya menulis, saya juga harus membawa raport ini bolak balik rumah-kantor, jadi bawa-bawa karung tiap hari, apa sebab? I HAVE TO FINISH THIS. Ehm, mungkin tepatnya these should be done before this coming Saturday. Fighting!

Sunday, December 15, 2013

Cycling

Can't say how much I love cycling recently.

Setelah sekian lama memendam rasa, akhirnya keinginan untuk mempunyai sepeda dan bersepeda setiap hari menjadi kenyataan, senangnya. What do we call it? Dreams come true :D

Tinggal di wilayah ini juga memberi ruang besar untuk berkendara tanpa harus riweh dengan lalu lintas, atau merasa canggung sendiri, alright pasti yang terakhir karena aku tak peduli dengan tatapan mata (anggap saja terpesona itu) :D. Semestakung pokoknya, sepeda ada, jalanan oke, orangnya semangat 45.

Fun, that's the only word to describe this activity. Menyenangkan, sekaligus mendukung program olahraga tanpa harus sibuk bikin jadwal lari pagi yang kadang membuat berat kaki dan kepala sekaligus. Aku mencoba beberapa jalur berbeda tiap harinya, minggu ini saja kegiatan ini bisa kulakukan hingga 4 sore (ada juga siang hari terik kurasa, aha itu karena kepalaku yang rasanya berputar melihat angka-angka tak bernyawa itu. Ada hari dimana aku ingin menaklukkan sebuah tanjakan, juga hari lain mencoba tanjakan yang jauh lebih sadis, mungkin sudah sifat manusia, saat berhasil menaklukkan sesuatu maka ingin mencoba yang lain yang lebih lagi, what else? Atau seperti minum obat, jika dosis yang diberikan sama berkali-kali maka penyakitnya anteng masa bodoh, jadi diperlukan dosis yang lebih tinggi.

Oh ya, tanjakan. Sebenarnya, itu satu-satunya tantangan bersepeda di area ini, jika perginya sangat menyenangkan seolah angin yang menyapu debu jalanan juga mengibarkan jilbab itu bersatu padu memberi jalan agar sore menjadi indah sumringah. Namun, pulang menjadi beban kadang, harus menarik napas perlahan juga dalam untuk melewatinya. Daerah ini bisa dikatakan dataran tinggi di tengah wilayah pantai yang panjang. Well, sepertinya aku selalu berjodoh dengan kontur tempat seperti ini. 

Bersepeda selain menyenangkan, aku yakin membuat sehat secara tidak langsung. Look, insomnia seperti takut untuk datang beberapa waktu ini, meski pikiran sebenarnya ingin diperturutkan kemana-mana karena banyaknya tumpukan tugas di meja, but that cycling really works. Bersepeda pagi, siang, sore bahkan malam telah kucoba, what else, buddy? :)  

Segitiga (Sama Sekali Bukan) Bermuda

Jika ditanya apa yang paling berkesan di ruangan kerja kami yang akhir-akhir ini terasa panas, ialah, sebuah printer di pojokan sana. Mengapa ia kusebut menghadirkan kesan mendalam terutama kemarin karena ia adakah printer paling menakjubkan sepanjang sejarah kehidupanku (yang belum begitu panjang ini). Well, jika ditanya umurnya printer ini sebenarnya jauh dari kata uzur layaknya printer yang duduk takzim di rumahku, karena kurasa ia masih baru, namun pemakainya yang banyak membuatnya memiliki jam kerja (yang kurasa) sama lamanya dengan printerku tercinta.

Alright, kemarin konspirasi antara aku, printer serta CCTV sedikit dipojokan sebelahnya membentuk segitiga (yang sama sekali bukan) bermuda. Tahu segitiga bermuda kan? Ah, masa ga tahu, itu tu yang bikin heboh, yang punya banyak legenda seram, yang dari aku SMP sudah banyak buku-buku tentangnya diterbitkan demi banyaknya misteri yang ditimbulkan segitiga tersebut. Nah, bagaimana dengan kami bertiga? Okeh, aku menghabiskan waktu kurang lebih dua jam (hanya) untuk mencetak dua puluh lembar angka-angka yang membuatku sakit kepala sepanjang minggu ini. Kurasa printer ini sedikit sentimentil sehingga setiap aku menghadap padanya ia selalu mencurigaiku sepanjang waktu. Sebenarnya ini tidak hanya berlaku padaku, beberapa rekan kerja lainnya juga mengalami nasib yang sama hingga memutuskan untuk talak tiga dengannya, tak ingin menoleh, tak ingin berurusan. Tapi karena printer dirumahku sama malangnya terpaksa aku harus menyediakan stok kesabaran tingkat tinggi untuk tetap setia padanya, ugh kurasa aku memang tipikal setia..ahay. Meski printer ini berbeda (dari yang bagus tentunya), kadang ia sangat baik mengeluarkan warnanya, mengeluarkan cetakan yang cantik dan apik, tidak seperti punyaku yang jelas sudah tidak akan berwarna lagi hingga akhir masa. Tapi pernah juga, printer itu mengeluarkan warna yang salah, kurasa ia memang sedang galau, hingga merah tercetak dengan warna lain, begitu juga dengan warna lainnya.

Oh ya, jika ingin merusak mood dengan mudah maka cukup datang padanya dengan dalih ingin mencetak materi di pagi hari maka alhasil siang harinya sampai sore akan mendapat mood buruk hingga bisa distempel "awas" oleh orang-orang yang ingin berinteraksi. Bukankah  menakjubkan? Yah, kurasa menakjubkan mestinya dipasangkan dengan sesuatu yang positif dan luar biasa, tapi biarkan sekali ini saja aku menyebutnya begitu siapa tahu bisa mengurangi rasa bersalah si printer yang menahanku berjam-jam agar bersamanya dengan cara yang tak biasa. Ia sedikit sakit sebetulnya hingga membutuhkan perhatian khusus, ah sekarang ini banyak sekali yang membutuhkan perhatian khusus entahkan anak-anak, dan sebagainya, dan sebagainya, yang membuat aku ingin meloncat-loncat tak tentu arah. 

Aku tak yakin CCTV itu peduli dengan kami berdua pagi yang mendung kemarin itu. Ia selalu saja pongah, menatap kami juga dengan rasa curiganya. Hmm, kurasa ia perlu belajar berempati dengan kesusahan yang kualami tapi apa gunanya berharap pada benda bodoh itu? :D Kurasa printer mengajariku untuk berdialog (mungkin sebaiknya disebut monolog, again) dengan benda-benda menyebalkan itu.

Sunday, December 8, 2013

Etude of Memories

Apa kabarmu disana? Hari ini hujan berkepanjangan, aku takkan bangun jika tidak ada suara berdering itu. Kamu tahu? Minggu ini teman baikmu tiba-tiba muncul disini, apa ini yang disebut dunia sungguh kecil, serendipity, atau memang ia mencariku karenamu. Melihatnya hanya membuat hatiku sesak karena mengingatmu. Terlepas dari apapun yang ia katakan atau ini sudah terlalu lama bagiku untuk mengenangmu katanya. Tega, ia berkata begitu, kamu tidak akan pernah kulupa, bukan pula artinya aku tak bisa menjalani hidup dengan orang lain. Oh ya, pasti kamu tahu dia telah menjadi seperti cita-citanya untuk mengabdikan diri menjadi seorang penyembuh, dia dan segala teori-teori dan bahasa ilmiahnya itu ternyata menempuh jalan sesuai dengan impian besarnya. Ia sempat berkata jika kamu ada kamu pasti kamu jauh lebih hebat darinya, karena ia tak pernah bisa menandingimu dalam semua hal, termasuk ikatan hatimu denganku yang tak terkalahkan bahkan oleh hilangnya kamu dari bumi ini. Kenapa ia harus datang? Aku sudah baik-baik saja tanpa hadirnya orang-orang yang terlalu tahu kita. Bagaimana ia bisa memintaku kembali masuk ke dunianya yang jelas akan menghadirkan kamu, kamu dan kamu? 

Sudahlah, ia hanya membuatku merindukanmu dengan perasaan meledak tak menentu, aku ingin bercerita saja. 
Akhir2 ini aku merasakan hari berlalu begitu cepat, tidak lama lagi bahkan tahun akan segera berganti, begitu saja. Apa sebab? Sekarang aku melihat warna dengan lebih jelas, seperti katamu bahwa jangan sampai kita hanya sibuk pada satu ranah, ah bagaimana aku bisa lupa pada percakapan dibawah pohon palem di pagi nan berembun itu. Kau tahu, saat aku membuka mataku lebih lebar, beragam warna mulai terlihat terang, meski kadang aku jelas berlaku bodoh dengan bergantung pada warna yang aku ingin lihat saja, masih, tapi saat ini jika itu terjadi aku mengetuk kepalaku dan sadar kembali. Mengapa harus hitam jika dunia tidak selalu tentang jelaga yang bahkan hitamnya pun tak jelas? Mengapa harus jingga padahal hari tidak selalu tentang senja? Atau satu warna saja. Hidup tidak memberi ruang pada orang yang meratapi keadaan. Hidup kadang juga mesti dilalui dengan pongah meski seharusnya gagah dan bijak tetap jadi pilihan utama.

Bagaimana denganmu disana? Aku kadang iri hingga dulu aku juga meratap ingin ikut bersamamu, melenyapkan semua duka, gundah juga bahagia sekaligus, tak merasa apa-apa. Bukankah begitu? Bagaimana mungkin aku dulu sebegitu yakin bahwa disana kau bisa merindu selayaknya aku padamu? Kau begitu tenang disana, dekat tapi tak terjangkau. Meski aku merasa kau dekat, sebenarnya kamu sudah begitu jauh. kamu sudah lama membiarkanku, melepasku tapi aku saja yang lama. Selalu kamu ulang menjelang tidur kata-kata yang menurutku lelucon bodoh, "Haruskah aku bangga memiliki wanita yang keras kepala untuk berteguh hati pada satu saja? Bagaimana kamu bisa berlepas diri dariku jika aku tiada?". Aku selalu tersipu juga marah. Kupikir itu lelucon yang tidak lucu dan benar seketika kamu pergi kesana tanpa mengajakku, aku mati rasa. Ah sudahlah, untuk apa diratapi jika bahkan menangis darahpun kamu takkan pernah kembali.

Hey, mengapa lagu sendu masih kunyanyikan begitu? Kembali ke hari-hariku, aku suka beberapa episode meski juga membenci sisanya. Cukup tidak suka sebenarnya, tapi usia membuatku belajar membenci..ah burukkah? Jelas, aku tahu hukumnya tapi lagi aku bahkan tak mengerti tiba-tiba ia ada begitu saja. Hmm, aku berpikir jika saat itu bukan kamu yang menyelamatkanku, jika waktu itu aku yang pergi, apa kamu akan menggila sepertiku? Mengunci diri, menenggelamkan jiwa dan raga dibalik tumpukan kertas tak bernyawa itu atau kamu akan dengan mudah lupa lalu melanjutkan hidup dan menganggapku bagian dari memori saja? Kamu benar, tak semestinya aku menggantungkan diri pada satu hal saja kecuali Tuhan yang takkan pernah mengabaikan dan meninggalkanku kapanpun itu. Tidak sepertimu yang juga fana, yang bisa diambil kapan saja. Sudahlah, mungkin aku akan memberanikan diri singgah ke tempat istirahatmu libur ini, meski masih kupertanyakan apa gunanya dan bagaiman caranya bersiap diri. Lihatlah nanti, yang jelas kamu tahu aku selalu mengingatmu, itu saja.



Saturday, December 7, 2013

Nelson Mandela

Another figure has just passed away. The world feels lost because this person had devoted his life to the humanity and freedom. I have heard, read his name since I was a kid I bet. He has been so popular because of his struggle for his country.

I am always amazed by the presence of this kind of great people. See, how many people died and left others memorize them a lot? Not only that, but they also leave their spirit to those who are being left. Isn't that a graceful idea of dying? Ugh, make me think how can I choose the way I live and go forever. Nothing is easy. For being so, I am sure these guys didn't mean themselves to be remembered or other kinds of human awards. They worked beyond that. While living in this world seems getting harder, I mean being sincere isn't so simple.


Ah ya, I love his quote about education. Surely education is the best weapon to change the world but (there still but here) it takes time and patience. A country (city/ town/ area/ family/ whatever) will become greater and cooler if it has a better education in it. 

Thursday, November 28, 2013

Stunning Tanjung Pesona


Well, hello, you know what? the most annoying thing is when I can't get connected to wireless nor modem in one place.

Frankly speaking, I really would love to share you about the second place I have visited for teacher training. It’s quite near from Belitung actually, a place we call Tanjung Pesona in Sungai Liat, Bangka. Should I say wow first? Yeah, sure, it’s such a wonderful stunning place to have a honeymoon :D. But, see I have been here for learning, what did they say? Learning to be a better teacher who has a good competence and capability in English and teaching methods, ugh, whatever. It’s on November 25-29, 2013.


Despite of the fact that my mood was not good, I have enjoyed this place a lot. See, although the teachers and I came late at the first day, we got a beautiful room that straightly faces the beauty of the beach. It’s like dreaming you know? We even imagined to wear a gown then take some poses in the stairs or around this amazing view. Ah, I wish I could attach the pictures here.

There are always many things to learn. It’s like feeling the breeze when you want to feel it. I mean when you feel it then you will get something to dig up, but when you ignore that surroundings, you simply let every aha moment away then busy with your own unimportant thought.

Well, well, the goal of a training is always about gaining various new ideas and knowledge, but still having fun has become a part that is quite important. Let me show you how we enjoy our time being here, 

Swimming and screaming in the sea, ah, see these seven dwarfs, oops seven angels were swimming in the edge of the day,

Hey, where were the two angels? :D they were still running to join us. 

And, here are our fine dining,
After dinner, it must be singing and or dancing program. Many of us are good at them. Well yeah, I've got to take my lunch first, see ya :)

Sunday, November 24, 2013

Janji yang Belum Tertunai

Promise is a promise, aku bukan tipe orang yang mudah ingkar janji, dari yang janji yang paling imut hingga besar dan urgent. Meski sesekali lupa membuat beberapa janji tak tertepati sesuai waktunya.

Janji tersulit untuk ditepati adalah janji pada diri sendiri, biasanya target-target untuk pencapaian diri yang lebih baik. Jauh lebih mudah membayar janji pada orang lain, karena ada tenggat, karena ada perasaan tak nyaman saat berinteraksi dengan orang tersebut. Bagaimana dengan diri sendiri? Karena diri terus menoleransi keterlambatan, terus memaafkan hingga beberapa melayang begitu saja, tak keruan lagi ada dimana. Hingga kadang tak terasa bahwa beberapa cara sudah membawa diri jauh terlupa, sudah membawa diri terzalimi kian hari. Usaha menjadi lebih baik itu sebenarnya mudah juga murah tapi menjadi buruk memang tidak perlu modal dan keyakinan besar, cukup dengan banyak berdalih maka lama-lama ia akan mengkristal, menjadikan diri layaknya diarahkan olehnya, tak terkendali.

Suara jauh di seberang sana kemarin mengingatkanku pada sebuah janji yang belum tertunai. Suara pemicu rindu itu membuatku berpikir panjang semalam suntuk sambil mengerjakan ini itu, hingga pagi ini masih terngiang di kepalaku. Ah, aku merasa terdesak oleh keadaan hingga sengaja melupakan janji itu. Aku memberi tenggat yang terlalu kendor, hingga pemaafan demi pemaafan kujadikan alasan untuk berlagak lupa. Jauh didalam hatiku, aku tak yakin mampu. Aku sadar pemenuhan janji ini sangat tidak mudah, konsekuensi dibelakangnya teramat panjang dan rumit untuk diselesaikan satu demi satu. Itulah mengapa aku berlagak damai dan nyaman pada pilihan-pilihanku saat ini. Tapi suara itu, suara itu menyiratkan lebih dari dukungan moril, suara yang menjanjikan akan menopang semua kepedihan dan kesulitan yang akan aku jalani saat aku menetapkan hati memilih jalan ini, memilih menunaikan sebuah janji. Ah, sungguh kukatakan padamu aku belum siap, aku belum siap meneteskan air mata dan bersimbah keringat untuk itu. Aku belum siap memasuki dunia yang sangat jauh berbeda yang tentu memerlukan lebih banyak kontemplasi daripada sekedar khayalan singkat tak bermutu. Aku belum ingin menghabiskan waktu dalam ruang dan waktu dengan cara berbeda dan aku tahu sebagian besar mengikat, mendesak.

Apa yang harus kulakukan? Saat rasanya bangun pagi terasa berat karena ada teguran berbagai nada mengikuti, membisikkan bahwa ini sudah saatnya, ini sudah waktunya beranjak dari fase kehidupan ini, fase kehidupan yang sudah terlalu nyaman untuk ditinggalkan. Aku, tergugu. 

Saturday, November 23, 2013

I Hear Your Voice

I've just watched another stunning Korean drama, "I hear your voice". I was not interested at first, see the tittle is not attractive and rather silly actually. Sometimes, Korean dramas or songs use somewhat odd expressions to entitle their works.

This was recommended by my sister. She said you are gonna love this film, so I watched the first episode than simply forgot it for a long time. I was not sure that I would love it, also I had many schedules for earning my living.

Let me say, this drama is fantastic, especially for those who want to enrich their knowledge about law. There are many terminologies and law cases, so finally this film could kick my stereotype away. The story was begun by the childhood of the characters. Everything was started in the court, the whole life of this film.


Here the main character of this film. Jang Hye Song, an attorney. She is really messy woman (ugh, do I live like her), she eats various instant foods, never cares about household, and really love being single. She can't easily passionate with her jobs although she studies hard for being what she wants. Her job is simply boring because she prefers to feel that way until she becomes a government lawyer and meet Mr. Cha, who is energetic about working, she changes.. Well, should I say some people don't really work in their life, especially those who can get monthly salary without being controlled whether they work or not. Hmm... In positive side, this woman loves her mom much in different way of course, until her mom dies because of the revenge of a mad man.


Ms Seo, a public prosecutor. If we look for the first glance, she looks like a perfect woman, ever. She is raised in a very fine family. She is cool, smart, and tidy, and no wonder she is beautiful, arrogant in some ways. But, you know, almost in Korean dramas this type of lady will be defeated by kind of previous one, messy, silly, but pure. I love her character by the way.

Ah ya, there are always the princes, and the good news is Korean is fair, there will be two men if there are two ladies :), that's not the important part of this story.

I love this film, that's why I spent my two nights to watch instead of finishing my semester duties :D, but I thought better for me to finish this first than I can come to another work, aha that's my excuse. I am always amazed by the way Korean people promote their countries through art. See, almost everyone knows their drama, music, or fashion. They work hard for this (I read it in a mag I bet). Hmm, is our country known by Korean? ah, that's a ridiculous question in this Saturday night. Well, for you who plan to take law as your major, just watch this movie for your references :), enjoy.

Friday, November 15, 2013

I am angry

Again and again, I meet this kind of people. I wonder why are there many people who don't want (know) how to do their jobs? Is it a legal way being that proud of being a former one then let the new generation does then s/he can copy paste her jobs? Or it is a right time to say "enough for me to learn"? How could?

How could we call them professional if they don't even know what to manage about their jobs. Those who say I am too busy to do all the administrations or those who are proud using foreign language (their major) but do a lot mistakes without being afraid, and no willingness to learn and to fix their mistakes. Again I wonder.

Sometimes I think, maybe it's the institution who let their students get their bachelors so easily, formally graduate as long as they already done their researches even though in many cases the researches are also fake, another copied work, agh. I hate this. I hate all those lazy people who are going around in this world, especially those who are too much confident about that stupidity. Ok, enough, my mood has turned into a huge anger.

Friday, November 8, 2013

Stuck

Sometimes, I wonder why is it harder to write (by a deadline) than write freely what I want to say? I could write any short essays or texts for my teaching materials only in a minute or two, moreover pour my ideas, feeling, or other emotional pieces here. 

Somebody asked me this afternoon to write my journey in a brief essay, but it's really hard to find any proper words to say...ugh. It also happens many times when my friends asked me to join a collaborative writing, such delivering our teaching process or else in a cozy way. Hmm, still wondering, what's going on with this mind?

To write a formal essay, I used to need more than a week to find a good hook, make a brainstorm, write, revise, and so on. Surreal. It's just annoying that cause me to think (rethink) my future career to be a professional writer (:D) such an odd dream huh if I look at the way I write, or if I notice my workings recently. Neither becoming a scientific writer nor a fiction author bothers me a lot. I never encourage myself that much to run in this path. I only write when I love doing so, sharing in my blogs, fb, or my goddess secret diary :) I tried to read all the books related in my own, do anything that can improve my writing but I never take any formal training or involve in a great writers group which will help me much, could be. Hmm, it might be hard to do because I don't struggle to be like what I'd like to imagine. It appears...stuck.

Love Today? No Doubt :)

What a hectic day.

The school is going to hold a huge event tomorrow so that everyone has been busy this week, especially today. We are not only preparing the things but also making sure that every single thing is alright. See, I had to spend more than two hours cleaning all the goblets this morning, arranging them in the right order then wandering back and forth. Not only that, I got to go to the market, looking for a lot of medicines and healthy stuffs. Hey yeah, I met many policemen in the street, twice actually. They examined the licenses document, thanks God, I could pass easily (sstt...I forget to re-register my driving license, ugh my dad will be angry if he knows this).

After school, there were still many tasks to do, I had three sessions of English course at home, means shorter break and rest. Besides, one of my student would like to consult the agenda in English since she is going to be the master of ceremony tomorrow. It merely reminds me to the moment where I used to deliver some sequences of events. Ah, I was good at that thing at that time :') We arranged the structure of the sentences together, choosing the best ones to be presented. 

Teaching and sharing are always fascinating as long as my condition is good. Ow yeah, I got a piece of birthday cake from my cute student because her daughter celebrated her birthday, and it's her mother's cooking, nice. It's like a cup of water in the middle of this busy day. Eating the cake till the last piece together was awesome, oase uh? :)

Wednesday, November 6, 2013

Kurikulum 2013: Model Raport

Tidak hanya pendekatan pembelajaran yang berbeda pada kurikulum ini, penilaiannya pun berbeda. Saya katakan konversi nilai ini ruwet, karena dari nilai puluhan dirubah ke skala 1-4 lalu diberi predikat. Hmm, yang jadi wali kelas akan mengalami masa-masa sulit (weh, being complicated is a part of my life). Penilaian terdiri dari tiga aspek (mirip dengan KTSP), terdiri dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan skala nilai yang digunakan adalah 0-100 untuk aspek kognitif, dan A,B,C, dan D untuk aspek afektif. Pada kurikulum ini skala nilai yang dipakai untuk aspek kognitif dan psikomotor 1 hingga 4, seperti nilai kuliahan. Nilai terendah adalah 1,00 atau D dan tertinggi A atau 4,00. Sedangkan aspek afektif per mata pelajaran dinilai dengan SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang.

Nilai puluhan di konversi ke skala 1-4 dengan cara dibagi 100 lalu dikali 4, hasil konversi kemudian diberi predikat sebagai berikut untuk aspek pengetahuan dan keterampilan:

A
3,67 – 4,00
C+
2,01 – 2,33
A-
3,34 – 3,66
C
1,67 – 2,00
B+
3,01 – 3,33
C-
1,34 – 1,66
B
2,67 – 3,00
D+
1,01 – 1,33
B-
2,34 – 2,66
D
Kurang dari sama dengan 1,00

Sedangkan tabel skala sikap sosial adalah:

No
Skor peserta didik
Predikat
Nilai Kompetensi
1
3,84 – 4,00
A
Sangat Baik
2
3,66 – 3,83
A-
3
3,34 – 3, 65
B+
Baik
4
3,00 – 3,33
B
5
2,66 – 2, 99
B-
6
2, 34 – 2, 65
C+
Cukup
7
2,00 – 2, 33
C
8
1,66 – 1, 99
C-
9
1,34 – 1, 65
D+
Kurang
10
1,00 – 1,33
D





*Batas ketuntasan Sikap adalah 2,66 atau predikat Baik :)

Ugh, pusing kan? Lumayan, saya sampai harus menjelaskan berulang kali ke orang tua murid tentang proses dan perubahan penilaian ini. Beberapa orang tua hayyu aja untuk yang sudah pernah kuliah tapi beberapa menatap dengan tatapan kosong hingga saya jelaskan singkat saja, kalau nilainya dibawah B berarti anak bapak/ ibu tidak lulus mata pelajaran dan jika terdapat tiga nilai dibawah B dalam ketiga aspek diatas maka peserta didik tidak naik kelas. Mari kita berjuang, fighting :)

From Sudirman To Sudirman

        Sudah sekian lama ingin menceritakan kilas balik (eleh) perjalanan ke Jakarta bulan lalu yang rada-rada
mendebarkan :D. Jakarta bukanlah tempat asing sebenarnya, karena saya sudah berulang kali kesana dengan berbagai tujuan, tapi tetap saja jika harus pergi ke daerah baru yang belum dijajaki saya merasa dag dig deeerr.. Kemarin itu tempat yang saya tuju sebenarnya tidak terlalu jauh dari biasanya, masih di seputaran Jakarta Pusat tepatnya di Jalan Sudirman. Dan saya juga biasanya memutari Jalan Sudirman, hihi, semua jalan di Belitung ini namanya Sudirman. First yang saya lakukan adalah pencarian lokasi :D. Honestly, saya pembaca peta yang buruk, menjunjung tinggi teori "Why man can't listen and woman can't read maps?", okeh itu hanyalah pembenaran tentang rusaknya navigasi di kepala saya. Tapi karena ini perlu, maka saya memaksakan diri membaca google maps dan mereka-reka transportasi jenis apa saja yang harus saya pilih. Setelah dihitung-hitung jarak dari bandara Soetta menuju Sudirman, saya memperoleh dua arah yang diperkirakan cukup dekat yakni gambir atau blok M. Eh tunggu dulu, kenapa saya memilih repot mengecek jurusan Damri bandara ketimbang naik taksi? Lagi, saya punya phobia aneh terhadap taksi Jakarta, meski saya sudah tahu mana yang punya kredibilitas baik mana yang harus dihindari. Tapi selagi saya masih bisa memilih moda transportasi yang ramai orang didalamnya, saya akan pilih itu :) Oke, berbekal semangat pagi, akhirnya tanggal 17 Oktober pun tiba, let's try the route!


Ganbatte!

Pagi-pagi, subuh dengan mata yang mengantuk berat karena malamnya harus siap-siap, packing, dll, sang sopir travel sudah menjemput dengan setia. Karena masih subuh, saya pastilah belum memasak apapun, hanya ada potongan pear hijau yang tersisa di kulkas. Jadi sesampai di bandara, saya memutuskan untuk menikmati sarapan ala Indonesia yakni gorengan :D, tidak sehat, tidak mengenyangkan tapi setidaknya bisa membantu saya sedikit menjauhi sakit perut di pagi hari.
Tak lama kemudian, pesawat yang dinanti pun tiba. Tambahlah saya pusing, harus bagaimana nanti meski sudah mendapat gambaran yang ehm kabur tentang kemana saya harus pergi. Sampai di soetta, saya memutuskan makan dulu, karena saya yakin perjalanan ini akan memakan waktu. Pilihan makanan saya jika berada di bandara pastilah fast food (weh) sama sekali bukan makanan yang sehat, lagi. Lalu, saya menyeret koper menuju pol pemberangkatan Damri bandara. Saya berbasa basi bertanya bus mana yang  bisa menurunkan saya dekat dengan Sudirman, mbak yang sedang pusing dan banyak masalah itu menjawab dengan setengah hati, Blok M mbak. Saatnya menunggu bus tersebut.

Saya sengaja memilih duduk di belakang sopir dengan maksud tersirat nanti akan bertanya baiknya turun dimana. Bus meluncur degan tenang, sopirnya terlihat garang dengan kaca mata hitam yang bertengger di wajah beliau yang mulai kelihatan lelah. Well, setelah peperangan batin yang cukup alot, saya memutuskan bertanya pada sopir dengan mengetuk sisi baiknya (caranya: memasang muka memelas), sang sopir akhirnya bertanya Sudirman nya mana mbak? Ugh, saya ditanggapin, yeee, kavling 25 pak, Hotel Grand Sahid Jaya. "Oh Sahid, ucapnya, kalau mbak mau lanjut pakai busway berhenti di halte polda, tapi kalau mau naik taksi berhenti di Semanggi aja, udah dekat dari sana." Setelah berpikir lagi, mending saya naik taksi secara bawaan saya yang jauh dari praktis untuk antri dan berdiri di busway sesiang ini. Finally saat berhenti di Semanggi, saya dipertemukan dengan mas-mas aneh yang maksa untuk mencarikan taksi. Sebutannya apa yah? Joki taksi begitu? yang kayak tukang parkir, sok-sok ngatur (tukang parkir jauh lebih ramah sebenarnya), sok tahu saya mau dicariin taksi apa, saya menggeleng dia maksa, menyebalkan. Negeri ini sudah terlalu ramai dan pekerjaan layak makin sulit dicari hingga mas-mas aneh ini bertebaran dimana-mana apalagi di ibukota tidak tercinta ini.

Hm, akhirnya saya bisa bernapas lega saat melihat hotel yang dituju sudah terlihat di depan mata, naik taksinya juga tidak terlalu lama..huffft, selamat...selamat. Jika pergi ke Sudirman lagi sekarang saya tahu rute yang harus diambil. Sepertinya, saya berencana untuk mencoba rute baru kapan-kapan :D, addict terhadap sesuatu yang awalnya tidak disukai itu memang sesuatu.

Tuesday, November 5, 2013

Mati Rasa

Mati rasa...

Jika rasa ada berbagai rupa dan warna, aku kehilangan itu. Aku kehilangan saat bergairah mendebarkan berjumpa denganmu, atau detik-detik pertemuan mengharukan yang biasanya kupersiapkan pelan-pelan demi sempurnanya diriku berjumpa denganmu. Aku tak tahu kemana perginya rasa rindu, rindu kala kau pergi jauh, rindu kala angin berhenti menyapaku sementara kau sibuk mengalahkan waktu disuatu tempat yang tak mungkin kudatangi. Aku berhenti merasa lelah, lelah akan suara tawamu, atau keluh kesah yang kau lontarkan saat kau runyam ditengah kesibukan duniawi yang kau junjung atas nama kita.

Aku tak pernah tahu kapan ini bermula. Aku tak menyangkal bahwa manusia punya rasa bosan, jengah, atau butuh waktu untuk berhenti sejenak disaat laju kita terasa hambar, terasa pelan, beranjak lamat-lamat. Tapi aku tak pernah bosan, kubisikkan bahkan kunyatakan dengan lantang (tidak didepanmu sayangnya) bahwa aku selalu ada, selalu mencinta, selalu menunggu detik-detik bersama yang sesungguhnya tiba. Tapi, entahkah ini nyata ataukah sementara tapi aku mati rasa.

Sungguh, aku ingin kembali berirama, menari riang dalam nada yang sama, dalam getaran yang sama, kita selalu menyebut itu "resonansi", ah ya itu. Tapi, hadirmu tak lagi membawa pelangi, resahmu tak lagi membawa kelam dalam duniaku, semua terasa hambar, bahkan bening, tenang, namun mengerikan. Ada yang berbisik bahwa rasa adalah sesuatu yang fluktuatif, yang bisa berubah tapi tetap bisa diarahkan, diluruskan jalannya saat berada pada belokan yang salah. Frekuensi pertemuan tak memberi pengaruh, ini bukan tentang sesuatu yang fisik seperti itu, aku tetap suka bersamamu, meyakinkan diriku bahwa kamu baik-baik saja, tapi sisanya...lengang.

Aku tak ingin mengirim maaf pun juga memintamu melakukan hal-hal terduga atau tidak dengan apa yang terjadi padaku. Biarkan rasa itu tumbuh kembali bahkan lebih dari sebelum ini dengan sendirinya.



Friday, October 25, 2013

My Favorite Student

After being chosen as the most favorite teacher several years ago :D, I decided to have my favorite student as well each year. It doesn't mean I give more (special attention or else) to this student, but I just love the way she/ he does.

I am going to tell you my fav one this year. I have just met her last month, but she has become my most dedicated student among others. She is the cutest, "unyu-unyu" little chubby girl. She is a second year student of elementary school, not my senior students, but my private student. Actually, I have taught from morning to evening recently, to be busy, to share more, to do (whatever) I can do to grow gracefully.

Alright, let's get back to my little Gaby. She comes to my house twice/ three times a week in the evening. She comes on time, sometimes in time, in her flowery gown or cute casual blouse. She always brings her Hello Kitty stuffs, bag, eraser, books, or many other that sweetie dolls on it. She will sit silently, answer my greeting, then asks me many questions then. Not only that, she also brings her colorful pencils or pens that I have to sign her book with different color each meeting. 

I was surprised when the first time she asked me, "Do we have homework, ibu?" (Well, she still calls me ibu although I have asked her to call me Miss Winda or mam like other students do). After that night, we have homework for each meeting. She has a special book for that, means she loves to write many works there. Okay, she is not only a diligent, innocent, and cute, she is also easy to catch my explanation about the materials. She only needs once or twice sometimes then she will remember the lessons very well. Hm, she is not like my early elementary students who loved to jump and run back and forward, but of course she is just a kid that sometimes she does something weird for me.

Teaching younger students has taught me how to be "more like a mom than a teacher".

Saturday, October 19, 2013

Science-Based Learning

Welcome to a new smaller class where the participants are divided into 6 classes, means fewer people, more closed friends. I met some new teachers that I haven't met in these two days.

Well, today is fun, today is talking about the technical stuff of science based learning or scientific research in detail. I even can't take a breath that a lot since it's such a busy day, but for writing blogs :D. Actually I have done my part of our small projects, so while others are working, let me share a piece of cake I have gotten and saved in my mind.

After getting sort of explanations and descriptions about science method from the humble master tutor (He is just humble, smart (Dr), and handsome :D, I find a light in the long darkness of science stuff. Aha...I m not serious about that, I am still confused about many.

We have been practicing, looking at another ease of doing or making a project. I am definitely sure this method is not always applied for science lesson but also others, my subject actually. That's why there is a new approach this era called Scientific Approach for supporting 2013 curriculum. Science combines many lessons. Isn't the purpose of this is to make students think critically or help them ready to solve their problem in scientific ways. Certainly they will need that. I am imagining what I can do when I get back to my lovely classes, simply miss my students.

Ugh, my friend is calling, I ll be back to tell you about this in formal illustration as soon as I can get connected ;)   

OPSI

I am not talking about "option" in general, it's just another new terminology that I have just met in this program.

Most of students work are about applied science, so the director asked more about pure science or social. Ah ya, I am asking myself about the difference between both science above, then I get a short answer. Basic science or the pure one is including Math, Biology, Physic, and Chemistry. While applied science consists of these fields, such as Ecology, Machine and Electronic, Informatic Well, I am amazed that there is a special space for language, literature, and art. Should I say wow? Although I still don't exactly know how is the form of this kind of research in this field.


the selections process:

  1. Presentation (Students may use Indonesian or English, English will be better, he said).
  2. Poster and Exhibition.
  3. Assessment.
Assesment:
  • Students send the result of their experiment or the report.
  • Juries select the best work based on some criteria decided before.
  • Students who are selected will be invited to come to Jakarta for another selection steps.


Friday, October 18, 2013

Nurturing Research Culture


Dunia penelitian adalah dunia yang sepi, Prof. DR. Ir. Ahmad Jasidi, M.Eng said in his speech yesterday. It’s just easy to boost art world, like creating new singers, new boy or girl groups. Also for some other events, like Cycling Community, or Car Free Day community, this kind of groups can improve the followers extremely quickly. Let’s look back to science community, the progress runs so slowly, even almost unknown, only very few who run it. That’s why this training for about 450 teachers from all over Indonesia is being held. At first I was a little bit surprised then asked myself what is the purpose of this? Spending money for the end of the year, but wait, wait, there is the aim behind this. Sponsored by Intel, this training wishes teachers can share what they get here to the students, ask them to write, become active participants then can be a part of ISEF in United States next upcoming year. Intel, LIPI, and Kemdikmen want this information spread out evenly since most teachers from different areas are invited.

SAInS (School in Action for Innovation in Science)

I would like to take a short note about the topic that had been delivered by Rebecca Johnson from Columbia University.

She started by saying her personal experience, her fear of science like many kids have, just like what i have actually. She took her bachelor purely in social then recently she just turned into somebody else who loves science and lives science as well. So, here the wise words came then never give up if you find your students aren’t interested yet, maybe someday they will just love it.

That’s only an acknowledgment by the way. The point is about what she called STEM education (Science, Technology, Engineering, and Math). It is a new (most recent even in America) curriculum that concerns on scientific things a lot more than others do. There are several schools in New York that has been implementing this new idea and it brings such a greater output. Well yah, why science? Is that only about calculating or similar stuffs? It is related to the theme of this huge event, nurturing research culture through Indonesia educator academy 2013. One of many ways to increase the quality of education is making research as a part of lifestyle, not something unreachable.

The curriculum is simply applied based on these current educational theories discussed, which are constructivism, differentiated learning, inquiry, experimental learning, project-based learning, outdoor education or expeditionary learning. Well, if I m not mistaken some of those methods have been instructed to be implemented. But, there’s always but in this case.

Let’s come to the big inventory of this STEM Education, they call this “FAB LAB” or Fabrication Laboratory. It is a simple laboratory that produces many different fancy stuffs. Indeed, it needs a lot of money, that’s why only some schools run the program. Rebecca said she is now making a project for transferring the idea to Indonesia. That program has brought her here.

Scientific Event for Both Teachers and Students

Last night, Ms. Indri from LIPI mentioned some annual events that have been held for long time but the participants are still not even. The winner are mostly from similar schools from year to year. So, she asked us to be involved. There are many of them, such as, PIRNAS (a scientific camp), LKIR, or NYIA. The greatest one of course is ISEF that will be done in Los Angeles next year.

At first, I was asking my presence here since I am not a science teacher nor fond of this world. But, I can say I can be the part of social science. And the most demanding and important thing that those events need English as the language of presentation. So, it's not that bad uh? Being in the middle of many teachers who have (let say) the same mission.