Allah Maha Baik

Thursday, January 19, 2017

Defining Beauty

I do want to believe an old saying: Beauty is only skin deep. That it doesn't matter how your physical appearance is, as long as you are a kind and nice person, you are going to be valued. I guess that's also the way I teach my students, instead of focusing on changing things about their physic which are most likely permanent, why don't they try to improve their ability in getting a good heart and soul or a brilliant brain.

I don't know, did I do it wrong? Since recently I get along with many young beautiful women from many different countries. They do care about their brain, of course, unless they won't stay in a demanding postgraduate class, and amazingly they also take care of their good looks by different reasons. Some are intended to date a handsome bule (which are everywhere in our context, easier to find a Legolas look here, really), some are doing it for being loved by their boys, husbands, or parents, and others do that intentionally for their health. I love the latest reason, although perhaps I was quite unsure about it.

I was like being slapped tonight by the fact that I never realized before. People do care about beauty and expect to get the most beautiful one by their version. If not, why is it easier to find various cosmetics from the cheapest until the high quality branded one everywhere. If beauty is really skin deep, people won't bother spending a lot of money to fix their undesirable acne, black spot, hair fall, or colored skin. Also, the plastic surgery or those plastic surgeons won't be popular as well.

Sometimes, I tend to live easily with a peaceful mind, thinking that surely I don't need to do that useless makeup. I love using creams, just to make my skin healthier but more than that, I didn't make that much effort. Why should prove that you have a glowing face skin only to be loved? I thought if I could accept people the way they are, they are supposed to do the same. Maybe I was too naive in this case. People do care about looks, no exception. So, better for me to stay with some folks who think about some other valuable things in life to pursue.  

Friday, November 18, 2016

Watching A Classical Concert

A concert? Hmm, never thought about buying a ticket or watching it at all. The reason is simple, the price is always unreasonable and the place will be so far from my home sweet home. But, here, in this city, those events are all possible. The prices of tickets are expensive but being a student means something else. There are many discounted events or branded shopping labels available. Just show your students ID then enjoy all those items.

Then, I was there, sitting in a row with many British people who love classic. Most of them really dressed properly, gown and high heels with beautiful hairstyles. I smiled, then looked my simple appearance, too casual since I just went back from classroom then baking class. My coat still smelled chocolate a little bit. Hmm...

Before entering the concert hall, I stood in line for printing my ticket. I booked my ticket online and printed it on the spot. I could choose to print it by myself but I had no time going to the library for printing. After getting mine, I observed carefully people around me. Some of them talked to each other, some drank champagne on the corner, some queued for a cup of coffee. Then, going to the hall, you have to show your ticket and those uniform ladies will check yours and let you in. I sat in G9 which was quite close to the stage. But still my short height made me in disadvantageous, I had to stand on my tiptoes sometime. I could not take a picture, not even dare to because everyone was so quiet and deeply absorbed in the situation. I guess this was the normal atmosphere of watching a classic concert, people wanted you to be silent and focus. I can't be a nuisance by flashing my camera here and there in order to record that moment. 

At 7.30 sharp, the twelve young guys and ladies came out to the middle of the stage. They bowed and started their beautiful rhythm. Honestly, I was not engaged very well with this kind of songs although I stood for it when talking about how music can improve concentration in learning or help the baby growth. So, the music started then, took my heart away. Sometimes I followed their tune by stamping my feet. Sometimes I almost fell asleep when the tune became slow and sad. Then an hour had passed, everybody gave a long applause, clapping their hand continuously for their gorgeous performance. Maybe, I will see another concert other time.

And now I am listening some Mozart which is really not me. Hhhhh

Thursday, November 10, 2016

Winter is Coming

Setelah dedaunan berubah warna kuning, merah, biru dan lain-lain yang jarang ada di Indonesia beberapa minggu lalu, sekarang suasana berubah mencekam. Dedaunan mulai satu per satu meninggalkan cabang-cabang pohon, sejumlah pohon malah tak berdaun sama sekali. Masih musim gugur katanya, tapi dinginnya dua hari ini tak tertahan. Siang kemarin suhu mulai masuk 0 derajat hingga duduk di kelas saja rasanya tak tahan. 

Winter is coming, I think it's already here. Meski officially baru mulai bulan depan, bukannya semua tanda-tandanya sudah lebih dari cukup. Beberapa teman yang keluar pagi sudah menemukan salju mencair, di kota lain bahkan saljunya sudah mulai banyak muncul. Jika ingin jujur, saya suka udara sejuk cenderung dingin daripada panas all the time. Hanya dingin yang ini beda, menggigit sekaligus mencekam. Keluar rumah dengan baju tiga lapis saja masih menembus kulit. Hari ini saya tambahkan satu sweater dan lumayan bekerja. Setidaknya bisa sampai rumah dengan selamat tanpa harus mengalami hidung berdarah. Yup, beberapa kali setiap bangun selalu mendapati hidung mengeluarkan darah saking dinginnya. Sekarang rumah sudah mulai dinyalakan heater hingga sudah aman untuk dikunjungi, namun sepanjang jalan menuju gedung kuliah atau perpustakaan itu sungguh menyiksa. Baju tiga empat lapis, sarung tangan, syal seolah tak mampu menahan terpaan angin yang serasa menampar muka, telinga, seluruh badan.

Suasananya juga langsung berubah. Jika kemarin masih tersisa hari dengan matahari sesekali, minggu ini sepertinya matahari sudah beranjak pergi, tak pernah muncul lagi. Hari berlalu sangat cepat tapi malam terasa sangat panjang. Jika subuh dimulai jam 6 lewat, magrib sudah muncul di jam 4. Atmosfir makin menyebalkan di kampus karena semua mata kuliah sudah mulai mengirim pemberitahuan tugas di website, beserta kriterianya, dan tanggal pengumpulan. Hidup rasanya sesak ini, diterpa angin dingin dan juga diburu deadline.

Oh, winter, why should you alter all those cheerful days?

Saturday, November 5, 2016

Serumit Scarlet Heart

Ditengah kesibukan membaca buku, jurnal, artikel poster, surat dan iklan semua berbahasa Inggris, lewat dimana-mana orang pada ngomong Bahasa Inggris, nonton drama korea tetap jadi penyejuk jiwa..hehe parah. Dengan kekuatan internet super duper, ditambah mumetnya kepala atau tugas yang bertubi-tubi, menghadiahi diri dengan satu dua episode drama korea itu rasanya menyenangkan ;)

Scarlet Heart

Satu drama yang baru saja berakhir di Korea sana judulnya Scarlet Heart alias hati yang merah membara, terang benderang, entahlah pokoknya merah. Ini maksudnya menggambarkan scene nya yang banyak perang berdarah-darahnya atau patah hati bertubi-tubi atau bajunya yang warna merah. Film nya berlatar sejarah, seperti kebanyakan cerita Korea yang mengambil masa berjayanya Goreyo.  Yang beda kalau biasanya film nya seputar rebutan kekuasaan antara dua rezim, ini antara banyak pangeran, ada tujuh apa ya, pangeran yang awalnya berteman, belajar, bermain sama-sama tapi berakhir dengan saling membunuh demi duduk di singgasana. Tragis. 

Kisah cintanya juga sangat tragis. Pada awalnya saya pikir akan berujung happy end begitu, selayaknya kebanyakan film juga (exclude drama-drama yang pemerannya penyakitan lalu meninggal di akhir). Cerita cinta awalnya antara Hae Soo sama Wook, lalu berubah arah ke Hae Soo dan Kwang Soo. Oh ya baru kali ini saya mendukung first lead male, biasanya selera saya selalu jatuh ke second lead male, tak tahu kenapa, mungkin karena mereka selalu digambarkan lebih penyanyang, lebih perhatian tapi bernasib kurang beruntung ditinggal wanita ke the first one. Kali ini saya sari awal sudah mendukung hubungan kedua dari awal. Lee Joon Gi nya seperti biasa cool, manly, agak sadis, tapi cuma punya satu straight love ke Hae Soo. Hae Soo diperankan sama IU, yang tetap unyu-unyu, tapi cukup cerdas dan lincah, lumayan. 

Pelajaran yang sempat saya pikirkan sekilas dan ingin saya tuliskan sekarang ialah betapa hidup tidak selalu seindah dan semudah yang kita duga dan inginkan. Betapa beberapa kali kedua pemeran berencana banyak hal untuk bahagia bersama, yakni dengan meninggalkan istana, membunuh, hingga akhirnya mengambil alih tampuk istana dengan menjadi raja, rencana mereka malah gagal total. Mereka sama sekali tidak bersama apalagi bahagia selamanya sampai akhir masa, endingnya terasa di gantung tapi mungkin lebih baik daripada versi aslinya. Ah ya film ini adaptasi dari drama Cina berjudul Bu Bu Jing apa ya? 

Kadang rasanya mudah sekali merencanakan sesuatu dan bersemangat untuk meraih apa yang sudah ditanamkan didalam kepala, tapi setelah dijalani keadaan tidak selalu harus berakhir baik. Dalam banyak hal, berada di kondisi yang tidak diinginkan pasti datang. Meski ada juga yang bisa dirayakan, tidak selalu dalam waktu dekat, bisa sebulan, setahun atau bertahun-tahun apa yang dicita-citakan bisa diraih. Lalu setelah diraih, masih ada lagi rencana, berjuang lagi. Siklus hidup jika dipikirkan akan terus berputar seperti itu mau punya tujuan ataupun tidak, hingga suatu waktu rambut ternyata makin banyak yang putih, keriput mulai menghampiri wajah. Tetap saja, serumit apapun, hidup harus terus dijalani, bonus jika bisa dijalani dengan semangat setiap saat.


Thursday, September 29, 2016

Tentang Birmingham (1)

Seminggu berlalu di Birmingham dengan urusan-urusan administrasi kenegaraan yang super penting. Senin lalu induction week dimulai, sejenis orientasi departemen di hari pertama, di hari kedua dan seterusnya katanya perkenalan mata kuliah yang akan diambil, yang sudah ada reading lists yang dibagi, tugas yang akan dikerjakan, dan apa-apa yang mesti dilakukan biar bisa lulus memboyong si Master pulang. 

Berhubung sekarang sedang homesick akut level satu, ada baiknya page ini ditulisi kesan dan kenyataan tentang sebuah kota bernama Birmingham. Disebut sebagai kota kedua setelah London, Birmingham memang sangat luas. Tidak cuku sehari menggunakan tiket daysaver untuk bisa mengarungi dan menggali seluk beluk kota ini. Bagian yang paling sering di kunjungi tentu saja kampus dan sekitarnya, yang menjadi rumah setahun ke depan. City Centre mungkin bisa dianggap sebagai bagian kedua, meski baru dua kali kesana, tempat nongkrong anak muda, dan tempat belanja yang cepat sekali tutup jika dibandingkan dengan mall-mall di Indonesia. Jam 5 sore hari Minggu dan jam 8 untuk hari lainnya. 

City Centre
Namanya juga centre (udah membiasakan diri untuk menggunakan penulisan Bristish biar menjiwai?, asumsi hingga sekarang, ini adalah pusat kota. Dipenuhi pusat perbelanjaan mewah nan bermerk (kalau yang suka belanja dan bawa pounds banyak) tempat ini benar-benar bisa memanjakan mata. Sederet toko brand tingkat dewa ada disini. Menariknya, disini juga ada banyak tempat wisata, desain jalan dibuat seperti taman-taman. Ada Birmingham Museum and Art Gallery, Library of Birmingham yang ketceee, Town Hall, Symphony Hall, dan beberapa gedung yang desainnya masih ala-ala medieval sekaligus kanal dengan cafe-cafe unik disekitarnya. Jika punya uang banyak, belanja dan wisata kuliner bisa jadi pilihan karena makanan diwilayah ini bisa dibilang mahal. Jika hidup hemat ala mahasiswa, setelah belanja seperlunya bisa langsung mengisi jiw dengan belajar hal baru dari sejumlah tempat tadi atau cukup selfie dengan gaya norak sekalian biar bahagia.

Cuaca
Cuaca di Birmi sangat tidak menentu, hingga harus dicek dulu ke website apa yang akan terjadi hari ini biar tidak saltum. Sekali waktu saya keluar berjaket super tebal karena pagi yang sangat dingin, ternyata siang jadi cerah dan harus gotong-gotong jaket kemana-mana. Generally, cuaca di Birmi bisa dikatakan kurang bersahabat khususnya bagi pendatang yang biasa bermandi matahari hinggan diatas 30-an derajat celcius. Rata-rata suhu harian berkisar di angka 13-15 C hingga saya masih harus berjaket. Yang membedakan hanya tingkat ketebalan jaket saja, jika ada matahari yang muncul pakai jaket tipis, kalau gelap bawa yang tebal, kalau dingin sekali pakai jaket tebal plus baju beberapa lapis...hehe. Kadang meski ada matahari yang muncul, cuaca disini juga tetap berasa dingin karena anginnya yang lagi, semena-mena. Hampir dua minggu disini pertarungan melawan suhu masih jadi masalah. Semoga bisa lebih siap sebelum winter datang dengan wajah seramnya.

Makanan
Sejauh ini makanan bukanlah hal yang sulit untuk diakses. Di kota ini ada banyak jualan daging halal yang tentu saja hanya disediakan di tempat tertentu. Untuk sayur, buah, apalagi coklat bertebaraan dimana-mana. Yang cukup sulit dicari adalah bumbu atau sayur yang terlalu Indonesia seperti kangkung atau cabai, ketemu juga harganya lumayan mengguncang. Kalau makanan jadi khas sini masih belum pernah coba, belum tahu man yang benar-benar khas. Kalau sekedar fish and chip udah, sandwich udah, roti2an plus butter plus cakes masih dalam proses mencicipi beragam variasi. Sampai hari ini ketergantungan saya terhadap nasi masih sangat luar biasa..hehe jika tidak tiga kali, at least saya butuh sekali ketemu nasi dalam sehari. So far, karena dapur dirumah memadai, semua makanan masih bisa menyesuaikan dengan selera. 

Transportasi
Transport di Birmi mirip-mirip kota lain juga. Ada bus dua tingkat yang warna merah itu, ada train, ada trem, dan banyak mobil pribadi atau moge berseliweran, sayang bukan punya saya. Kemana-mana gampang dan lumayan murah tergantung seberapa lincahnya memilih dan memilah harga. Misal kalau cuma ingin ke City Centre mending naik kereta yang tiket return nya hanya 2.5. Namun jika masu keliling dan mencoba nyasar mending pilih bus dengan tiket daysaver 4.4 kalau tidak salah. Yang lebih hemat lagi adalah naik bus ramai-ramai berlima hingga bisa beli bus group yang hanya 8, lumayan kan?






Friday, September 23, 2016

Things to do (2): Registering for GP and Railcard

See, kuliah di luar negeri khususnya UK bagian Birmingham membuat saya harus mengurus ini itu dulu agar bisa survive dan terjamin kelangsungan hidup dengan aman, sentosa, dan sejahtera. Setelah surat menyurat yang sebelumnya, masih ada beberapa hal yang dipastikan diurus lainnya.

GP atau General Practitioner

Ini adalah salah satu hal wajib yang harus didahulukan. General practitioner adalah sebutan bagi sejenis dokter umum. So, hal ini berkaitan dengan asuransi kesehatan. Secara disini, yang namanya urusan sakit bisa menjadi sangat mahal dan harus menggunakan asuransi. Berhubungan beasiswa sudah mencover bagian ini diawal sejak pembayaran visa, atau separately disebut IHS, jadi seketika tiba disini, pastikan untuk segera mendaftar ke salah satu GP terdekat. Untuk saya dan teman-teman yang tinggal di seputaran kampus bisa mendatangi Bournbrook Varsity Medical Centre yang terletak di Alton Road. Kemarin, saya mendatangi tempat ini sendiri sekitar pukul 10 dengan harapan belum banyak yang antri dan benar saya jadi satu-satunya mahasiswa disana. Pintu masuknya terkunci dan harus mencet bel dan mengatakan alasan kunjungan. Untungnya ada pasangan di depan saya yang sepertinya akan memeriksakan kandungan, jadi saya masuk setelah mereka diiringi tatapan "nih anak aji mumpung banget"..haha. Setelah saya menuju resepsionis dan melihat bahwa orang-orang harus membuat janji di komputer depan, namun saya beranikan bertanya dulu sebelum sok tahu dan salah. Ternyata saya langsung diminta ke atas bagian registrasi. Sempat nyasar ke arah ultrasound room dimana ada banyak orang antri padahal ruangan lantai 2 nya juga tidak berapa luas, akhirnya saya balik lagi kedepan dan masuk ke conference room disana dibuka lapak registration. Setelah berbasa basi dengan mas African Indian gitu, saya dikasih tiga lembar form yang harus diisi. Jangan lupa membawa BRP dan ID untuk pengisian nomor, jika hapal ditinggal juga ga masalah. Then, setelah formulir diisi, diserahkan kembali dan selesai. Just wait and see.

Railcard: Kartu diskonan naik kereta

Kartu ini sebenarnya sunah, tapi menjadi wajib bagi saya karena potongannya lumayan "wow". Contoh saja, dua hari lalu teman-teman yang punya kartu hanya membayar 5,...sekian untuk tiket kereta PP ke Startford upon avon sedangkan kami yang belum punya harus membayar 8,75. See, lumayan sekali, ini membuat saya berazam mengurus railcard segera. Kartu sakti ini nanti bisa membantu perjananan penting dan super penting dengan cukup murah. Untuk mengurusnya ada beberapa opsi: yang pertama jika punya kartu kredit dari Indonesia atau kartu debit bank lokal sudah jadi maka prosesnya bisa lebih mudah dan cepat. Tinggal sign up ke websitenya, upload foto, bayar GBP 30 dan tara kartunya datang sendiri ke rumah. Tapi, berhubung saya belum punya kedua kartu ajaib diatas, saya harus datang ke stasiun "University" ambil form, isi, cap, kembalikan dan bayar. Sebenarnya kartu ini dkhususkan bagi yang berumur 16-25, bagi yang masih muda dengan umur tersebut tidak perlu stempel dari universitas, sedangkan yang lebih dari umur yang ditentukan harus mengisi mature form yang distempel pihak kampus, see saya mesti bolak balik ke letter hub gegara umur kurang muda. Hari ini baru mau menyerahkan surat yang sudah diisi. Meski diawal terasa berat harus bayar GBP 30, tapi kartu ini akan berharga lebih dari itu jika digunakan dengan maksimal selama kuliah disini, hehe setidaknya membantu saat saya ingin melepas stres ke city centre atau berburu daging halal, juga untuk ehm sedikit jalan-jalan ceria.

Ah ya, satu lagi yang harus dilakukan biar aman dan tidak nyasar. Campus Tour. Berhubung lokasi kampus yang luas sepanjang mata memandang plus kemampuan baca peta saya yang teramat parah,jadilah saya harus berusaha menghapal jalan mencari spot penting. Yang berhasil saya hapal baru jalan menuju stasium dan perpustakaan. Hari ini, saatnya mencari ruang kuliah dan induksi minggu depan. Semangat.

Wednesday, September 21, 2016

Things to do after your arrival: BRP, Students ID, Letter of Registration, and Bank Account

Setelah mendarat di Birmingham ada beberapa hal yang wajib dituntaskan demi keselamatan nusa dan bangsa..hehe biar nggak malu-maluin bangsa karena dianggap belum lapor. Hal penting tersebut sebenarnya cukup mudah diurus, hanya saja momen peak season dimana semua calon mahasiswa baik itu lokal maupun interlokal eh internasional baru saja tiba membuat proses pembuatan semua benda-benda diatas memakan waktu yang membuat pusing dan lelah. Oke, let's start.

Pertama, Biometric Residence Permit alias BRP, adalah semacam visa yang berbentuk ATM. Jika dulu visa hanya berupa stiker yang distempel di paspor, sekarang sedikit berbeda. Di paspor hanya ditempelkan Entry Clearance yang berlaku satu bulan sehingga harus digantikan dengan BRP agar tidak diseret ke imigrasi dan dilempar pulang. BRP yang bentuknya lucu seperti kartu kredit ini bisa diambil di tempat yang telah ditentukan UKVI berdasarkan informasi yang kita input saat aplikasi visa online, dengan membawa surat dari UKVI dan paspor. Ada dua tempat yang umumnya menjadi tempat collection, yang pertama adalah kampus dan kemudian kantor pos. Menjelang keberangkatan, saya baru sadar bahwa saya memilih tempat selain kampus yang lumayan jauh, hanya saja tempat pengambilan ini tidak bisa dirubah semaunya. Untuk mengambil BRP di kampus ada semacam seri nomor yang harus dimasukkan, jika tidak pilihan agar segera lari ke kantor pos sekitar kampus yang bervariasi letaknya. Tapi setelah sampai, saya malah merasa beruntung memilih kantor pos. Sistem pengambilan BRP di kampus lebih memakan waktu karena ada ribuan mahasiswa internasional yang datang sehingga kartu ini hanya bisa diambil setelah mendapat email dari pihak students hub. Sedangkan untuk kantor pos, ada banyak pengalaman berbeda. Untuk saya sendiri, pengambilan di Islington memakan waktu antri yang sangat lama....puih datang dari stasiun jam 11 dan baru dapat setengah 3..gila, kantor pos sudah terlihat seperti antri sembako gratis, padahal proses yang dibutuhkan tidak sampai 15 menit. Ada banyak sekali wajah Asia, terutama Cina, dan mahasiswa dari negara-negara lainnya. Setelah BRP ditangan, baru bisa lanjut ke tahapan berikutnya.

Students ID

ID atau yang kita kenal sebagai kartu mahasiswa hanya bisa diambil setelah mendapat BRP karena ada istilahnya "Right to Check" dimana mahasiswa internasional harus menunjukkan paspor, visa dan BRP untuk bisa mencetak students ID. Kabar-kabarnya benda ini sangat penting dan bisa digesek kayak ATM..hehe, terutama untuk urusan ngeprint dan lain-lain di kampus. Who knows? Antrinya juga mengular, bahkan untuk international students yang sudah disediakan tenda khusus dan pegawai yang puluhan jumlahnya masih memakan waktu hampir dua jam. 


Letter of Registration

Surat keterangan mahasiswa ini sangat berguna untuk membuka rekening bank...see betapa satu dokumen terkait dengan yang lain, jika satu lengah diselesaikan akan berdampak pada terlambatnya akun bank yang artinya tidak makan bulan berikutnya *sigh. Proses pembuatan surat ini juga mudah dengan hanya menunjukkan students ID dan alamat rumah dan bank yang dituju, maka tring langsung diprint dan distempel. 

Bank Account
Untuk membuka akun bank beberapa langkah yang diperlukan adalah: isi form online, buat appointment untuk cabang bank tertentu dan membawa BRP, paspor, dan letter of Registration ke bank yang diinginkan. Ah ya, yang tidak kalah pentingnya adalah mempunyai nomor lokal karena diwajibkan mengisi form untuk kepentingan bank. Prosesnya juga sebentar dan alhamdulillah saya memilih cabang yang cukup jauh dari kampus sehingga antrinya sangat sedikit meski harus berjalan tertatih dan pulang menyeret kaki. Setelah ditanya ini itu tentang isian form, mereka akan membuat kopi dokumen lalu saya diminta menunggu 3 sampai 5 hari kemudian. Kartu akan dikirimkan via pos dan informasinya via email.


Sedikit tentang kartu di UK, khususnya Birmi. Ada sejumlah provider yang populer, Vodafone (kartu XL saya langsung berubah jadi ini sesampai disini), O2, Giffgaff, dan lain-lain. Berhubung teman serumah saya punya kartu berlebih dan gratisan, saya langsung memasukkan kartu ke hp dan jeng jeng, tidak langsung aktif. Aktivasinya memerlukan pulsa yang harus di top-up di toko atau menggunakan debit card. Kartu yang saya gunakan memiliki bermacam paket yang tentu saja kalau dirupiahkan jadi mahal super duper untuk setiap giga nya. Setelah di isi baru di aktivasi secara online dan nomornya dikirmkan via email. Oh ya, fyi, nomor tidak langsung ada di SIM card, tetapi ditentukan oleh provider via online.