Allah Maha Baik

Thursday, September 29, 2016

Tentang Birmingham (1)

Seminggu berlalu di Birmingham dengan urusan-urusan administrasi kenegaraan yang super penting. Senin lalu induction week dimulai, sejenis orientasi departemen di hari pertama, di hari kedua dan seterusnya katanya perkenalan mata kuliah yang akan diambil, yang sudah ada reading lists yang dibagi, tugas yang akan dikerjakan, dan apa-apa yang mesti dilakukan biar bisa lulus memboyong si Master pulang. 

Berhubung sekarang sedang homesick akut level satu, ada baiknya page ini ditulisi kesan dan kenyataan tentang sebuah kota bernama Birmingham. Disebut sebagai kota kedua setelah London, Birmingham memang sangat luas. Tidak cuku sehari menggunakan tiket daysaver untuk bisa mengarungi dan menggali seluk beluk kota ini. Bagian yang paling sering di kunjungi tentu saja kampus dan sekitarnya, yang menjadi rumah setahun ke depan. City Centre mungkin bisa dianggap sebagai bagian kedua, meski baru dua kali kesana, tempat nongkrong anak muda, dan tempat belanja yang cepat sekali tutup jika dibandingkan dengan mall-mall di Indonesia. Jam 5 sore hari Minggu dan jam 8 untuk hari lainnya. 

City Centre
Namanya juga centre (udah membiasakan diri untuk menggunakan penulisan Bristish biar menjiwai?, asumsi hingga sekarang, ini adalah pusat kota. Dipenuhi pusat perbelanjaan mewah nan bermerk (kalau yang suka belanja dan bawa pounds banyak) tempat ini benar-benar bisa memanjakan mata. Sederet toko brand tingkat dewa ada disini. Menariknya, disini juga ada banyak tempat wisata, desain jalan dibuat seperti taman-taman. Ada Birmingham Museum and Art Gallery, Library of Birmingham yang ketceee, Town Hall, Symphony Hall, dan beberapa gedung yang desainnya masih ala-ala medieval sekaligus kanal dengan cafe-cafe unik disekitarnya. Jika punya uang banyak, belanja dan wisata kuliner bisa jadi pilihan karena makanan diwilayah ini bisa dibilang mahal. Jika hidup hemat ala mahasiswa, setelah belanja seperlunya bisa langsung mengisi jiw dengan belajar hal baru dari sejumlah tempat tadi atau cukup selfie dengan gaya norak sekalian biar bahagia.

Cuaca
Cuaca di Birmi sangat tidak menentu, hingga harus dicek dulu ke website apa yang akan terjadi hari ini biar tidak saltum. Sekali waktu saya keluar berjaket super tebal karena pagi yang sangat dingin, ternyata siang jadi cerah dan harus gotong-gotong jaket kemana-mana. Generally, cuaca di Birmi bisa dikatakan kurang bersahabat khususnya bagi pendatang yang biasa bermandi matahari hinggan diatas 30-an derajat celcius. Rata-rata suhu harian berkisar di angka 13-15 C hingga saya masih harus berjaket. Yang membedakan hanya tingkat ketebalan jaket saja, jika ada matahari yang muncul pakai jaket tipis, kalau gelap bawa yang tebal, kalau dingin sekali pakai jaket tebal plus baju beberapa lapis...hehe. Kadang meski ada matahari yang muncul, cuaca disini juga tetap berasa dingin karena anginnya yang lagi, semena-mena. Hampir dua minggu disini pertarungan melawan suhu masih jadi masalah. Semoga bisa lebih siap sebelum winter datang dengan wajah seramnya.

Makanan
Sejauh ini makanan bukanlah hal yang sulit untuk diakses. Di kota ini ada banyak jualan daging halal yang tentu saja hanya disediakan di tempat tertentu. Untuk sayur, buah, apalagi coklat bertebaraan dimana-mana. Yang cukup sulit dicari adalah bumbu atau sayur yang terlalu Indonesia seperti kangkung atau cabai, ketemu juga harganya lumayan mengguncang. Kalau makanan jadi khas sini masih belum pernah coba, belum tahu man yang benar-benar khas. Kalau sekedar fish and chip udah, sandwich udah, roti2an plus butter plus cakes masih dalam proses mencicipi beragam variasi. Sampai hari ini ketergantungan saya terhadap nasi masih sangat luar biasa..hehe jika tidak tiga kali, at least saya butuh sekali ketemu nasi dalam sehari. So far, karena dapur dirumah memadai, semua makanan masih bisa menyesuaikan dengan selera. 

Transportasi
Transport di Birmi mirip-mirip kota lain juga. Ada bus dua tingkat yang warna merah itu, ada train, ada trem, dan banyak mobil pribadi atau moge berseliweran, sayang bukan punya saya. Kemana-mana gampang dan lumayan murah tergantung seberapa lincahnya memilih dan memilah harga. Misal kalau cuma ingin ke City Centre mending naik kereta yang tiket return nya hanya 2.5. Namun jika masu keliling dan mencoba nyasar mending pilih bus dengan tiket daysaver 4.4 kalau tidak salah. Yang lebih hemat lagi adalah naik bus ramai-ramai berlima hingga bisa beli bus group yang hanya 8, lumayan kan?






No comments:

Post a Comment