Allah Maha Baik

Friday, June 19, 2015

Menyoal Pelayanan Publik

Sebenarnya saya paling malas berurusan dengan instansi manapun yang berbelit-belit, dipenuhi dengan orang-orang sok sibuk dan sok bangsawan. Tapi beberapa kondisi kadang mengharuskan berhubungan dengan urusan yang bikin lemes bin gondok ini.

Gara-gara sakit yang bikin sempoyongan saya harus ke rumah sakit terdekat. Saya mampir dulu ke puskesmas untuk memeriksa kondisi, dan here it goes. Awalnya dibagian pendaftaran yang masih ramah, melayani pertanyaan dengan mudah lalu mempersilahkan mengantri untuk check up. Terus, saya lihat hanya ada dua atau tiga orang dikursi antri, oh harusnya bisa sangat cepat. Tapi, malah jadi lamaaaaaa. Apa hal? Itu sibagian administrasi ngantar kartunya pakai slow motion, sok sok nulis dulu biar tlihat sibuk nampaknya. Oke, sabar kan puasa. Akhirnya nama saya dipanggil dicek tensi darah dsb dsb hingga menemui dokter yang cakep-cakep dan masih muda sekali. Ada tiga orang yang sibuk dengan hp nya masing-masing, kan mestinya saya dipanggil dari tadi. Kayaknya fresh graduate dari roman mukanya yang imut ganteng dan cantik. Habis konsul, saya disuruh ke lab RS yang lebih gede dengan alasan ada beberapa poin yang ga bisa diperiksa di sini. Saya kudu bikin surat rujukan. Oalah rasanya seperti di pingpong. Saya doktnya disuruh ke bagian depan. Sampai disana disuruh ke yang cek tensi dll itu eh malah disuruh balik ke bagian pendaftaran, habis mutar sana sini akhirnya saya masuk ke ruangan yang rame juga orangnya dan santai, hello. Disini saya menyimpulkan bahkan orang yang bekerja disinipun tidak paham benar mana tempat bikin rujukan. Pas di bagian itu disuruh nunggu lagi trus dipanggil trus cuman dibilangin dengan santai, mbak langsung aja ke RS ga perlu rujukan ini palingan bayar.....aggggggh kesal

Di Rumah sakit, nanya sana sini, daftar, antri lagi, diperiksa, disuruh ke lab yang letaknya jauh di belakang sana, aaaaaah capek... antri lagi di lab, cek ini itu, balik lagi ke poli, antri lagi, sampai sejam meski saya satu-satunya pasien di depan poli ini tapi ga dipanggil-panggil, akhirnya saya masuk. Cuman dijawab nunggu dulu mbak analisanya masih diproses, huwaaat lama amat.

Berjam-jam dengan urusan kemarin itu benar-benar ujian dahsyat untuk puasa awal saya....hhhhh bukannya sama dengan saya, orang yang bekerja disitu juga belajar soal pelayanan publik yang prima dsb dsb... What a mess.

Monday, June 8, 2015

Me Time, Me Stuff?

Hahaha istilah Me Time itu loh... Klo me stuff ada gitu? My stuff kali... tau ah gelap.

Akhir-akhir ini sempat mikir, hey which one is "me time"? Dari bangun subuh hingga tengah malam lalu subuh lagi, rasanya "me time" yang santai-santai itu ga ada. Enjoy aja, jelas saya enjoy cuma emang benar loh rasanya ada sesuatu yang kurang. Saya ga sempat baca buku, ga sempat nonton film kesukaan, ga sempat bersantai-santai ria ala anak gadis yang banyak waktu luang. Daftar pekerjaan yang harus saya lakukan diluar sholat ialah, mencuci popok Fatih, mencuci botol-botol kaca, sterilisasi, kemudian mengeringkan hingga siap pakai lagi, memasak buat pengasuh Fatih, cuci piring trus bersih-bersih kamar hingga ruang tengah biar Fatih dan pengasuhnya betah. Ok, mandiin Fatih plus bermain ria hingga ia bisa ditinggal sendiri (which is rare karena ia suka sekali plus menuntut ibunya berada selalu bersamanya), pengasuh datang saya baru bisa mandi dan sarapan kadang-kadang. Sarapan jadi sunah karena saya takut telat bekerja.

Sampai tempat kerja, mulai dengan seabrek koreksian (yang sebenarnya sudah saya bawa bolak balik tapi di rumah jadi sesuatu kalo bisa ngoreksi), ngawas, nginput semua nilai ke aplikasi raport atau ngajar atau rapat atau diskusi, anything hingga harus tetap menyempatkan pulang ngASi Fatih. uggggh berasa dikejar-kejar waktu. Pekerjaan benar-benar hanya bisa dilakukan di sekolah. Rumah means Fatih Only.

Pulang sekolah, dengan muka lusuh kadang berbunga juga, yang ngasuh Fatih langsung pulang. Saya harus bermain, bercanda sambil nidurkan dia. Jika dia tidur, saya kadang bisa tidur. Seminggu ini berkutat nyiapin bikin tepung buat Fatih, kacang hijau, beras merah, beras biasa yang nyarinya saja sampai keliling Manggar. Saya pengennya Fatih makan beras tanpa pengawet. Fuiiiiih luar biasa. Tiba-tiba udah malam lagi, malam bolak balik gendong, ngASI, dan sejenisnya hingga tertidur tanpa terasa, tanpa mimpi lalu pagi lagi.

Hoho and akhir-akhir ini terlintas lagi which one is me time? Makanya saya suka sekali kalo ada teman yang ngajakin jalan sore bareng Fatih, atau menjadi teman ngedate mereka, meski tetap gendong bayi lucu saya setidaknya saya bisa menghirup udara segar selain rumah dan tempat kerja.

Masih panjang perjuangan ini....

Wednesday, June 3, 2015

Prasangka Buta

Semalam sebelum tidur sempat bertanya kembali, where is the heaven? Is it that far so that people should wait to be in and be happy? Gegara manyun mikir jawaban dari pertanyaan tersebut malah berteman dengan prasangka buruk dan rasa kantuk teramat sangat. See, sekarang jadwalnya saya harus input banyak angka dan data, ditengah-tengah malah mendapati mata tak mau diajak kompromi, terpaksalah saya harus menulis disini. Siapa tau dengan bergeraknya jemari bisa membuat kantuk pergi. Ah,..


Eh, betapa sebuah prasangka buruk bisa membuat hari jadi demikian suram. Pas sebelum subuh, di masjid masih ngaji, berubah jadi hujan deras selang beberapa menit kemudian, well tidak ada hubungannya dengan mood saya sebenarnya. Lagi kejadian tadi pagi, yang sekarang malah bikin ngakak kalau dipikir-pikir ulang. Sebuah sms yang dibaca dari sudut pandang saya yang keberapa hingga saya langsung uring-uringan, pengen ngelempar yang sms dengan sendal karena isinya ga syar'i sekali, jauh dari sopan santun ala Indonesia lagi, penuh rayu yang menyebalkan. Oops, mulai berpikir harus diapakan nomor ini, harus dibalas dengan nada yang sama, atau harus dimaki-maki di pagi hari ini. Untung sempt double check, okeh dibaca dulu siapa tahu berubah isinya tau isi kepala saya yang harusnya berubah atau sudut pandang membacanya mesti dari radius sekian derajat. Jeng..jeng saya baca lagi, ternyata oh ternyata. Sumpah jadi geli sendiri. Tu sms bukan ditujukan untuk saya, tapi teman saya yang masih lajang. Oh oh pantes, soalnya pengirim diumputin paling bawah sampai tak terbaca. Didn't I say to myself? Pagi-pagi harus cerahkan hati, kalau cuaca sih suka-suka dia mau ujan, panas, salju sekalian. Tapi perkara hati, memang tak boleh main-main. Capek fisik sudah biasa capek hati jangan ah. Yang terang bisa jadi buram, yang buram malah tambah suram.

Well, well, have a good day ;)

Tuesday, June 2, 2015

MPASI

Hi there,

Tidak terasa Fatih hampir tamat ASIX dan hampir menuju waktu belajar makan or MPASI. Sama pusingnya dengan segala persiapan ASI perah, segala informasi tentang MPASI pun sedang dikumpulkan. Google sudah jadi teman setiap saat. Bergabung di grup ibu-ibu rempong pencinta hidup sehat pun dilakukan. Begitu juga dengan wawancara dengan berbagai jenis ibu-ibu, dari rekan kerja hingga jeng jeng arisan plus sosialita...hoho

MPASI,...hhh deg2an, suer. Mikir gimana ribetnya. Secara, sekarang saja sudah sangat ribet. Padahal pada kenyataannya sulit sekali untuk saya pribadi agar bisa makan brgizi, empat sehat lima sempurna, saya tergolong sangat bandel mentaati ragam makanan yang harus di konsumsi. Nah, ini dia tantangannya, saya ingin sekali ber MPASI ori alias handmade layaknya kemaren ngotot ingin menuntaskan ASIX apapun yang terjadi. Walau ke ujung dunia, bersakit-sakit dahulu lalu sakit kemudian. I almost did it.

Sekarang sedang melihat, mengobservasi, membaca, bertanya, dan mikir yang pasti mendominasi about what should I do concerning this issue. I have to... I have to