Allah Maha Baik

Tuesday, December 31, 2013

CAT: Catatan Akhir Tahun

Gubrak, besok udah tahun baru, menghabiskan hari-hari di rumah memang tak pernah terasa lama. Meski selalu saja saya membawa borongan pekerjaan, yang saya pikir awalnya sedikit tapi rupanya lumayan, dari mulai nilai-nilai, analisis, rancangan program, dsb dsb yang membuat liburan ini terasa berat :D. Bahkan dalam mimpi pun terbawa-bawa, ini ni akibat drama queen sebagiannya masih belum dibuang, apa-apa yang dipikirkan dan dikerjakan ikut menghiasi bunga mimpi malam-malamnya, swear, jadi berasa masih bekerja, dikejar-kejar pekerjaan mungkin lebih tepatnya.

Oh ya, sempat tertawa waktu ayah yang jarang sekali mengubah status lalu menuliskan sebaris pertanyaan aneh, bertumpuk dan tidak jelas. Nah setelah diklarifikasi tentang maksud dan tujuan dari kalimat tersebut, saya dihantarkan ke kamar beliau yang sudah tertempel tulisan besar-besar, yang paling membekas dan jadi pemikiran saya sepanjang ikut jalan-jalan, selama memasak ini itu, makan juga (oke, saya terlalu suka berpikir hal yang satu saat melakukan hal lain), pernyataan pertama berbunyi tentang kematian. Apa yang paling dekat dalam kehidupan ini? Jawabnya kematian. Sangat dekat, hingga sering terlupakan. Sama halnya dengan Tuhan yang tak pernah menjaga jarak tapi sering terlupakan, aghhhhh pengen jungkir balik rasanya ingat tahun ini dan sebelum-sebelumnya. Kematian yang datang tanpa ijin terlebih dahulu. Jika dulu saya pernah mendengar kisah lama dari ayah yang saya tidak tahu itu dari masa mana, atau hadis mana, ceritanya begini. Singkat saja, ketika seorang bapak tua meninggal, ia lalu protes pada Tuhan (ingat cerita Will Smith dan anaknya btw, skip it). "Tuhan, mengapa Engkau mencabut nyawaku tanpa permisi? Tanpa ada bel pengingat? Kan saya bisa siap-siap, begitu kira-kira." Lalu jawaban yangdiperolehnya begini, "kenapa kamu tidak memperhatikan surat pemberitahuan dari malaikat untukmu, lihat putih ubanmu yang menandakan kurangnya umurmu, lalu pendengaranmu yang juga berkurang, kemudian matamu yang kian kabur, dan masih banyak lagi peringatan yang tak kamu indahkan." Kurang lebih begitu, jika ayah adalah pencerita yang te o pe, entah itu bahasa inggris atau bukan, atau cerita dari zaman sekarang entah zaman tempoe doloe, my daddy is number one, dan nampaknya tidak menurun ke saya. Hm, kadang hal-hal genetis itu pilih-pilih ya? 

Kembali ke kematian, nah kalau dari cerita tersebut saya bisa menyimpulkan bahwa kematian (most of) menyerang orang-orang tua, meski tidak dipungkiri bahwa yang muda pun banyak beruban. But, what? Kalau kita lihat lagi, lihat banget, kematian tidak sebegitu setia pada orang tua, lah yang muda saja akhir-akhir ini banyak yang udah dijemput duluan. Ini ni yang bikin saya sumpah tidak bisa tidur nyenyak.
Jika saya tidak mudah tersentuh oleh film drama atau film enyek-enyek lainnya, saya masih punya hati untuk cerita tertulis dan juga peristiwa yang menimpa orang-orang di sekitar saya, terutama yang kenal. Kemarin saya diajak mengunjungi rumah seorang guru SMP saya yang saya baru tahu bahwa beliau ini baru meninggal dua minggu lalu. See, beliau belum tua-tua amat dan dilihat dari foto terbarunya beliau belum beruban, masih gagah, masih tampan. Mendengar cerita istrinya yang berlinang air mata, saya seddddiiiiiiih sekali. Beliau ini punya anak tiga yang kecil-kecil dan bungsu malah belum mengerti apa-apa. Yang lebih sedih lagi jika melihat karya beliau yang luar biasa, saya merasa terpukul. Istilah istrinya, suami saya baru membuatkan kaki untuk kami, saya rasanya tidak kuat untuk berjalan...:(  Saya melihat foto-foto saat mereka sama-sama. Bersama sekolah lagi hingga sarjana, bersama membangun mimpi-mimpi membantu banyak orang,. God cerita begini seratus kali lebih menyentuh dari video sedih manapun. Saya malah tidak terbayang kalau di posisi beliau seperti apa jadinya. Bapak ini pernah jadi tepatnya pembina eskul waktu saya SMP, beliau bisa disebut multi talented, bisa silat, elektronik, macam-macam sampai Bahasa Inggris, makanya saya selalu salut, datang kemari sebatang kara dan saya baru tahu beliau dulu tidak memegang ijazah sarjana, yah namanya juga pembina eskul tapi semua dulu saya panggil bapak atau ibu kalau sudah berada di lingkungan sekolah. Episode kehidupan beliau dilanjutkan dengan jatuh cinta dan menyunting tetangga depan rumah saya. Kemudian keduanya hidup layaknya pasangan biasa, tapi karyanya itu loh, bapak ini sudah bikin beberapa lembaga yang sampai saat ini masih ada di kepala saya bahkan tanpa prototype..*ugh gondok dengan diri sendiri. Sudah dari dulu saya ingin melihat karya beliau dari dekat dan mampir untuk bercerita tentang banyak hal, tapi menunda-nunda hal baik itu memang selalu buruk. Look, saya baru mampir ke rumah beliau yang memang cukup jauh sekarang, saat saya hanya bisa menyaksikan semua ruang kosong, buku-buku ensiklopedia, hingga yasin yang berserakan bergambar beliau...pathetic. Kematian itu tega-tega saja. Mati sebenarnya jauh berbeda dengan hampir mati. Saya sering sekali merutuki kejadian yang membuat saya mati suri tahun lalu hingga awal tahun ini, wake up, girl. Saya mikir bapak ini umurnya 40an dengan karya yang banyak sekali manfaatnya untuk keluarga dan lingkungan sekitarnya. Balik lagi, lagi-lagi balik, mimpi apapun setinggi gunung jangan sampai membuat diri ini hanya menjadi manusia yang hanya kerangkanya saja. Manusia saja, egois, semua tentang diri sendiri, tanpa meninggalkan bekas-bekas atau sebutlah masterpiece untuk kemaslahatan umat. Tidak selalu sebuah maha karya, bisa saja yang sederhana, yang kecil-kecil. Duuuh Tuhan, kenapa menjadi manusia baik dan lurus itu susah? 

Kesibukan duniawi, juga kesibukan mencari makna alias mikir saja tanpa aksi itu menyebalkan. Sepanjang jalan pulang kerumah saya jadi ingat seorang teman karib saya yang awal tahun ini kehilangan suami. Okelah jika bapak guru saya sudah meninggalkan banyak hal agar istri dan anak-anaknya dapat melanjutkan kehidupan serta kebersamaan yang sudah lama yang sebenarnya relatif sekali. Tapi teman akrab saya ini harus kehilangan suaminya ditahun ketiga pernikahannya. Ditinggal dengan seorang anak laki-laki imut yang pendiam tanpa keluarga lain di pulau antah berantah tanpa pegangan dan tanpa kaki seperti yang diatas. sedatar-datar emosi saya, saya tetap akan ikut menangis jika ke rumah teman saya tersebut. Setiap kali kawan, setiap ke rumahnya ia akan tetap bercerita tentang suaminya, tentang singkatnya waktu bersama, tentang tidak ada tanda-tanda berarti bahwa ia akan pergi. Belum lagi kesulitan yang ia hadapi saat berjuang hidup di pulau ini, jauh dari rumah, orang tua jauh dan bekerja, kalau saya jadi dia, sepertinya saya akan meninggalkan pekerjaan dan berlari ke rumah orang tua. Tapi entahlah, benar bila Tuhan berkata manusia punya ujian masing-masing. Tidak lagi seragam seperti ujian SMA, SNMPTN, atau TOEFL, atau apapun ujian yang sama untuk tiap kepala. Kehidupan tidak begitu. Manusia punya ukuran masing-masing hingga apapun yang dihadapkan padanya berbeda. Jika saya berkata tidak sanggup menghadapi ujian yang diterima karib saya tersebut, banyak juga teman saya mengaku tidak akan sanggup berada di posisi saya dengan ujian bertubi-tubi yang tampak mengerikan, mengerikan memang. Tapi lihat, manusia pada dasarnya kuat dengan apapun yang disuguhkan didepannya. Haruskah saya mengulang kalimat si Forest Gump, Life is like a box of chocolate, we will never know what taste will we have. Jika kehidupan menyuguhkan sekotak coklat, kita berbicara tentang coklat yang banyak rasanya bukan coklat satu macam saja, maka rasa yang ditawarkan akan berbeda dan coklat juga punya rasa pahit tidak enak tapi punya banyak khasiat. Itulah saya rasa perumpamaan tersebut bisa diambil untuk kehidupan. Yang sulit, yang pahit bisa jadi obat. 

Karena kehidupan begitu panjang (relatif) maka potongan-potongan kejadian yang dilalui pun harus dihadapi dengan penuh rasa-rasa yang susah belajarnya. Katakanlah orang mudah mengatakan "sabar", "ikhlas", "semangat", atau sejenis itu. Saya katakan susah karena porsinya harus terus berkembang dan belajarnya pun seumur hidup. Lah, jika semudah menghapal definisi sabar maka manusia di dunia ini akan jadi penyabar semua, tapi tidak, semua memakan proses panjang luar biasa yang melelahkan. Akhir tahun, tidak terasa sudah sangat ujung, tapi saya yakin tidak ada kata terlambat untuk mengubah arah hidup. Kalaupun sulit, sudah pasti sangat sulit setidaknya berusaha, ya kan? Don't you think this is what we call the real long life learning? I personally believe nobody is too tired of learning how to live, although I can say for sure there are a lot of people are tired of being in a classroom. Fortunately learning is not only in that tiny space, it's a lot wider :)

Thursday, December 26, 2013

Kaleidoscope, another version

At the edge of 2013. Love to do such a flash back. I did these long time ago for making sure whether all my targets achieved or not but for this year it's just a slide show of memories, no targets, no more ideas of being pushed.

Six (first) month of this year. They were such a nightmare. You know, if you used to run then you have to walk (even) very slowly, it simply would make you hopeless. I was going back to the place I thought I belonged but I saw many things changed. The changes were not those that I was supposed to be ready for them. So, I got a very long days run slowly. Guess what? Was it like in a jail? Not too bad, but I just didn't love it at all. All promises simply unveiled, then I got all lies laughing at me. To make it worse, I started not to believe anybody because of the crash happened.

Later, I didn't wanna be arrogant, but sometimes it seems for me life gives me some things when I don't ask for them anymore. Since July, the rhythm moved to another direction. It gave me beats although some looked staccato. Well done for the acknowledgement, let"s turn on the slide shows.

"ki"
Ah, I am still confused to replaced this term with what, since ki can be he, she, or it, somewhat they in several conditions. Maybe I can describe for the general one first. ki is the source of my learning recently, because on the previous I was too blind to learn, too much enjoying the atmosphere. ki shows me how life should be. I can find how truth is still the important point because lies won't help. Lies will lead you to the wrong ways and decisions. Lies can hurt many lives around. ki lets me learn how being honest is far better than being skillful on lying. Another point is ki teaches me how easy throwing words and promises, but complicated and hard applying them. How someone keeps his promises show how responsible he is. A man is respected not for what he is saying, but for what he is doing. ki is the model of this. ki has done many things without asking back. ki has become many things just because I need ki for being something else. ki is multi-talented. I have gone through every second of this year with ki, ah except October I bet. Another year without ki will be harder.

ki is the major color of my 2013, now let's move to another stories of me. I said before in my writing that keeping promise to myself is a bit harder. I proved that again, in another case. See, at the first days of this year, I said I would read different genre, not only fiction that can make me so barely not poetic at all. But, again I break it, when I see the lists of books read, novels are still number one. They are enormous, making my old cupboard tired. I can say, my reading is decreasing recently maybe it's so hectic. I still prefer reading the real books to e-books. Those e-books let me down, let my eyes painful. I am sure I have to adapt myself if I want to be a part of tech era :), no worries, I just love buying books than those unfriendly gadgets. 

Ah ya, accomplishment. I am not sure I have one. None of my previous old targets are achieved, even I forget them all. Maybe my lifestyle is better, but what? I still a lover of fast food or canned food or sold food instead of my own cooking. But, yeah, I do a lot exercises at least, somewhat regular. Isn't that great? About my job, hmm what should I say? I enjoy it a lot, going in early morn and coming home late in the afternoon is good. I won't tell that in detail.

Well, 2013.. is not my favorite year. 


Wednesday, December 18, 2013

Nulis Sampai Keriting

Dua minggu terakhir terdiri dari hari-hari yang membuat pusing. Jika minggu sebelumnya kepala panas karena harus berhadapan dengan komputer dan perhitungan angka serta kertas-kertas jelek tapi tidak boleh hilang, maka minggu ini adalah penderitaan yang harus ditanggung oleh jari (kanan tepatnya) karena entahlah siapa yang bisa disalahkan atas kegilaan ini. Raport kurikulum 2013 benarlah bukan raport biasa, ukurannya saja sudah lebih besar dari raport sebelumnya begitu juga lembaran yang harus diisi. Hebatnya, benda ini baru datang Senin siang tepatnya, hingga proses menulis baru bisa dimulai Selasa pagi.

Well, look at this precious but simply annoying finally. Ada delapan halaman yang harus diisi, okelah jika kegiatan ini bisa dilakukan sesantai menyetrika, but ir's not. Menulis raport sama bosannya dengan menulis ijazah untuk ajaran tahun lalu, tidak santai sama sekali, harus fokus, karena salah sekali saja you can't make it. Tidak bisa di tip x sesuka hati apalagi di coret.

Let me describe the things, dimulai dari bismillah, eh dimulai dari cover yang hanya nama dan nomor induk serta NISN, tapi nulisnya harus rapi, harus agak cantik dikit biar enak dilihat. Lembar kedua (masih biasa) berupa data sekolah, nomor-nomor, alamat, website, whatever. Terus biodata siswa (masih sama saja) dengan biasanya. Nah memasuki halaman ke empat hingga delapan inilah perjuangan sesungguhnya dimulai. Ada lima data atas yang harus ditulis, dua tanda tangan di bawah, lalu nilai-nilai. Nilai ini berupa tiga bentuk, lima kolom tepatnya, dua untuk pengetahuan (satu nilai rentang 1-4), satu predikat A-D, kemudian dua untuk psikomotor dan satu untuk sikap. Kolom nilai disertai dengan nama guru dan seterusnya. Nah, belakangnya pemirsa membuat eneg sumpah, soalnya setiap nilai-nilai yang imut itu harus dideskripsikan panjang lebar untuk masing-masing ranah. Sudah terbayang seberapa menderitanya? Sudah, ah kalau belum mampirlah kemari dan rasakan sendiri penderitaan jempol yang tiada tara. Ini saja menyempatkan diri sejenak untuk berbagi, untuk bercerita pada dinding bisu ini. Tiap orang punya cara sendiri untuk tidak menjadi tertekan bukan? *Ugh defensive.

Baiklah, baiklah kenapa harus meracau jika ini yang disebut resiko pekerjaan? :D huft. Untuk ukuran saya yang sudah jarang sekali menulis dengan pena/ pensil, menulis raport dan ijazah memanglah sesuatu. Tapi tidak apa-apa, demi kau dan si buah hati, hmm demi anak-anak tercinta yang jumlahnya juga banyak sekali untuk ukuran kelas aktif. Jadilah saya ibu yang harus bersabar tentu saja. Bukan hanya menulis, saya juga harus membawa raport ini bolak balik rumah-kantor, jadi bawa-bawa karung tiap hari, apa sebab? I HAVE TO FINISH THIS. Ehm, mungkin tepatnya these should be done before this coming Saturday. Fighting!

Sunday, December 15, 2013

Cycling

Can't say how much I love cycling recently.

Setelah sekian lama memendam rasa, akhirnya keinginan untuk mempunyai sepeda dan bersepeda setiap hari menjadi kenyataan, senangnya. What do we call it? Dreams come true :D

Tinggal di wilayah ini juga memberi ruang besar untuk berkendara tanpa harus riweh dengan lalu lintas, atau merasa canggung sendiri, alright pasti yang terakhir karena aku tak peduli dengan tatapan mata (anggap saja terpesona itu) :D. Semestakung pokoknya, sepeda ada, jalanan oke, orangnya semangat 45.

Fun, that's the only word to describe this activity. Menyenangkan, sekaligus mendukung program olahraga tanpa harus sibuk bikin jadwal lari pagi yang kadang membuat berat kaki dan kepala sekaligus. Aku mencoba beberapa jalur berbeda tiap harinya, minggu ini saja kegiatan ini bisa kulakukan hingga 4 sore (ada juga siang hari terik kurasa, aha itu karena kepalaku yang rasanya berputar melihat angka-angka tak bernyawa itu. Ada hari dimana aku ingin menaklukkan sebuah tanjakan, juga hari lain mencoba tanjakan yang jauh lebih sadis, mungkin sudah sifat manusia, saat berhasil menaklukkan sesuatu maka ingin mencoba yang lain yang lebih lagi, what else? Atau seperti minum obat, jika dosis yang diberikan sama berkali-kali maka penyakitnya anteng masa bodoh, jadi diperlukan dosis yang lebih tinggi.

Oh ya, tanjakan. Sebenarnya, itu satu-satunya tantangan bersepeda di area ini, jika perginya sangat menyenangkan seolah angin yang menyapu debu jalanan juga mengibarkan jilbab itu bersatu padu memberi jalan agar sore menjadi indah sumringah. Namun, pulang menjadi beban kadang, harus menarik napas perlahan juga dalam untuk melewatinya. Daerah ini bisa dikatakan dataran tinggi di tengah wilayah pantai yang panjang. Well, sepertinya aku selalu berjodoh dengan kontur tempat seperti ini. 

Bersepeda selain menyenangkan, aku yakin membuat sehat secara tidak langsung. Look, insomnia seperti takut untuk datang beberapa waktu ini, meski pikiran sebenarnya ingin diperturutkan kemana-mana karena banyaknya tumpukan tugas di meja, but that cycling really works. Bersepeda pagi, siang, sore bahkan malam telah kucoba, what else, buddy? :)  

Segitiga (Sama Sekali Bukan) Bermuda

Jika ditanya apa yang paling berkesan di ruangan kerja kami yang akhir-akhir ini terasa panas, ialah, sebuah printer di pojokan sana. Mengapa ia kusebut menghadirkan kesan mendalam terutama kemarin karena ia adakah printer paling menakjubkan sepanjang sejarah kehidupanku (yang belum begitu panjang ini). Well, jika ditanya umurnya printer ini sebenarnya jauh dari kata uzur layaknya printer yang duduk takzim di rumahku, karena kurasa ia masih baru, namun pemakainya yang banyak membuatnya memiliki jam kerja (yang kurasa) sama lamanya dengan printerku tercinta.

Alright, kemarin konspirasi antara aku, printer serta CCTV sedikit dipojokan sebelahnya membentuk segitiga (yang sama sekali bukan) bermuda. Tahu segitiga bermuda kan? Ah, masa ga tahu, itu tu yang bikin heboh, yang punya banyak legenda seram, yang dari aku SMP sudah banyak buku-buku tentangnya diterbitkan demi banyaknya misteri yang ditimbulkan segitiga tersebut. Nah, bagaimana dengan kami bertiga? Okeh, aku menghabiskan waktu kurang lebih dua jam (hanya) untuk mencetak dua puluh lembar angka-angka yang membuatku sakit kepala sepanjang minggu ini. Kurasa printer ini sedikit sentimentil sehingga setiap aku menghadap padanya ia selalu mencurigaiku sepanjang waktu. Sebenarnya ini tidak hanya berlaku padaku, beberapa rekan kerja lainnya juga mengalami nasib yang sama hingga memutuskan untuk talak tiga dengannya, tak ingin menoleh, tak ingin berurusan. Tapi karena printer dirumahku sama malangnya terpaksa aku harus menyediakan stok kesabaran tingkat tinggi untuk tetap setia padanya, ugh kurasa aku memang tipikal setia..ahay. Meski printer ini berbeda (dari yang bagus tentunya), kadang ia sangat baik mengeluarkan warnanya, mengeluarkan cetakan yang cantik dan apik, tidak seperti punyaku yang jelas sudah tidak akan berwarna lagi hingga akhir masa. Tapi pernah juga, printer itu mengeluarkan warna yang salah, kurasa ia memang sedang galau, hingga merah tercetak dengan warna lain, begitu juga dengan warna lainnya.

Oh ya, jika ingin merusak mood dengan mudah maka cukup datang padanya dengan dalih ingin mencetak materi di pagi hari maka alhasil siang harinya sampai sore akan mendapat mood buruk hingga bisa distempel "awas" oleh orang-orang yang ingin berinteraksi. Bukankah  menakjubkan? Yah, kurasa menakjubkan mestinya dipasangkan dengan sesuatu yang positif dan luar biasa, tapi biarkan sekali ini saja aku menyebutnya begitu siapa tahu bisa mengurangi rasa bersalah si printer yang menahanku berjam-jam agar bersamanya dengan cara yang tak biasa. Ia sedikit sakit sebetulnya hingga membutuhkan perhatian khusus, ah sekarang ini banyak sekali yang membutuhkan perhatian khusus entahkan anak-anak, dan sebagainya, dan sebagainya, yang membuat aku ingin meloncat-loncat tak tentu arah. 

Aku tak yakin CCTV itu peduli dengan kami berdua pagi yang mendung kemarin itu. Ia selalu saja pongah, menatap kami juga dengan rasa curiganya. Hmm, kurasa ia perlu belajar berempati dengan kesusahan yang kualami tapi apa gunanya berharap pada benda bodoh itu? :D Kurasa printer mengajariku untuk berdialog (mungkin sebaiknya disebut monolog, again) dengan benda-benda menyebalkan itu.

Sunday, December 8, 2013

Etude of Memories

Apa kabarmu disana? Hari ini hujan berkepanjangan, aku takkan bangun jika tidak ada suara berdering itu. Kamu tahu? Minggu ini teman baikmu tiba-tiba muncul disini, apa ini yang disebut dunia sungguh kecil, serendipity, atau memang ia mencariku karenamu. Melihatnya hanya membuat hatiku sesak karena mengingatmu. Terlepas dari apapun yang ia katakan atau ini sudah terlalu lama bagiku untuk mengenangmu katanya. Tega, ia berkata begitu, kamu tidak akan pernah kulupa, bukan pula artinya aku tak bisa menjalani hidup dengan orang lain. Oh ya, pasti kamu tahu dia telah menjadi seperti cita-citanya untuk mengabdikan diri menjadi seorang penyembuh, dia dan segala teori-teori dan bahasa ilmiahnya itu ternyata menempuh jalan sesuai dengan impian besarnya. Ia sempat berkata jika kamu ada kamu pasti kamu jauh lebih hebat darinya, karena ia tak pernah bisa menandingimu dalam semua hal, termasuk ikatan hatimu denganku yang tak terkalahkan bahkan oleh hilangnya kamu dari bumi ini. Kenapa ia harus datang? Aku sudah baik-baik saja tanpa hadirnya orang-orang yang terlalu tahu kita. Bagaimana ia bisa memintaku kembali masuk ke dunianya yang jelas akan menghadirkan kamu, kamu dan kamu? 

Sudahlah, ia hanya membuatku merindukanmu dengan perasaan meledak tak menentu, aku ingin bercerita saja. 
Akhir2 ini aku merasakan hari berlalu begitu cepat, tidak lama lagi bahkan tahun akan segera berganti, begitu saja. Apa sebab? Sekarang aku melihat warna dengan lebih jelas, seperti katamu bahwa jangan sampai kita hanya sibuk pada satu ranah, ah bagaimana aku bisa lupa pada percakapan dibawah pohon palem di pagi nan berembun itu. Kau tahu, saat aku membuka mataku lebih lebar, beragam warna mulai terlihat terang, meski kadang aku jelas berlaku bodoh dengan bergantung pada warna yang aku ingin lihat saja, masih, tapi saat ini jika itu terjadi aku mengetuk kepalaku dan sadar kembali. Mengapa harus hitam jika dunia tidak selalu tentang jelaga yang bahkan hitamnya pun tak jelas? Mengapa harus jingga padahal hari tidak selalu tentang senja? Atau satu warna saja. Hidup tidak memberi ruang pada orang yang meratapi keadaan. Hidup kadang juga mesti dilalui dengan pongah meski seharusnya gagah dan bijak tetap jadi pilihan utama.

Bagaimana denganmu disana? Aku kadang iri hingga dulu aku juga meratap ingin ikut bersamamu, melenyapkan semua duka, gundah juga bahagia sekaligus, tak merasa apa-apa. Bukankah begitu? Bagaimana mungkin aku dulu sebegitu yakin bahwa disana kau bisa merindu selayaknya aku padamu? Kau begitu tenang disana, dekat tapi tak terjangkau. Meski aku merasa kau dekat, sebenarnya kamu sudah begitu jauh. kamu sudah lama membiarkanku, melepasku tapi aku saja yang lama. Selalu kamu ulang menjelang tidur kata-kata yang menurutku lelucon bodoh, "Haruskah aku bangga memiliki wanita yang keras kepala untuk berteguh hati pada satu saja? Bagaimana kamu bisa berlepas diri dariku jika aku tiada?". Aku selalu tersipu juga marah. Kupikir itu lelucon yang tidak lucu dan benar seketika kamu pergi kesana tanpa mengajakku, aku mati rasa. Ah sudahlah, untuk apa diratapi jika bahkan menangis darahpun kamu takkan pernah kembali.

Hey, mengapa lagu sendu masih kunyanyikan begitu? Kembali ke hari-hariku, aku suka beberapa episode meski juga membenci sisanya. Cukup tidak suka sebenarnya, tapi usia membuatku belajar membenci..ah burukkah? Jelas, aku tahu hukumnya tapi lagi aku bahkan tak mengerti tiba-tiba ia ada begitu saja. Hmm, aku berpikir jika saat itu bukan kamu yang menyelamatkanku, jika waktu itu aku yang pergi, apa kamu akan menggila sepertiku? Mengunci diri, menenggelamkan jiwa dan raga dibalik tumpukan kertas tak bernyawa itu atau kamu akan dengan mudah lupa lalu melanjutkan hidup dan menganggapku bagian dari memori saja? Kamu benar, tak semestinya aku menggantungkan diri pada satu hal saja kecuali Tuhan yang takkan pernah mengabaikan dan meninggalkanku kapanpun itu. Tidak sepertimu yang juga fana, yang bisa diambil kapan saja. Sudahlah, mungkin aku akan memberanikan diri singgah ke tempat istirahatmu libur ini, meski masih kupertanyakan apa gunanya dan bagaiman caranya bersiap diri. Lihatlah nanti, yang jelas kamu tahu aku selalu mengingatmu, itu saja.



Saturday, December 7, 2013

Nelson Mandela

Another figure has just passed away. The world feels lost because this person had devoted his life to the humanity and freedom. I have heard, read his name since I was a kid I bet. He has been so popular because of his struggle for his country.

I am always amazed by the presence of this kind of great people. See, how many people died and left others memorize them a lot? Not only that, but they also leave their spirit to those who are being left. Isn't that a graceful idea of dying? Ugh, make me think how can I choose the way I live and go forever. Nothing is easy. For being so, I am sure these guys didn't mean themselves to be remembered or other kinds of human awards. They worked beyond that. While living in this world seems getting harder, I mean being sincere isn't so simple.


Ah ya, I love his quote about education. Surely education is the best weapon to change the world but (there still but here) it takes time and patience. A country (city/ town/ area/ family/ whatever) will become greater and cooler if it has a better education in it.