Allah Maha Baik

Sunday, December 8, 2013

Etude of Memories

Apa kabarmu disana? Hari ini hujan berkepanjangan, aku takkan bangun jika tidak ada suara berdering itu. Kamu tahu? Minggu ini teman baikmu tiba-tiba muncul disini, apa ini yang disebut dunia sungguh kecil, serendipity, atau memang ia mencariku karenamu. Melihatnya hanya membuat hatiku sesak karena mengingatmu. Terlepas dari apapun yang ia katakan atau ini sudah terlalu lama bagiku untuk mengenangmu katanya. Tega, ia berkata begitu, kamu tidak akan pernah kulupa, bukan pula artinya aku tak bisa menjalani hidup dengan orang lain. Oh ya, pasti kamu tahu dia telah menjadi seperti cita-citanya untuk mengabdikan diri menjadi seorang penyembuh, dia dan segala teori-teori dan bahasa ilmiahnya itu ternyata menempuh jalan sesuai dengan impian besarnya. Ia sempat berkata jika kamu ada kamu pasti kamu jauh lebih hebat darinya, karena ia tak pernah bisa menandingimu dalam semua hal, termasuk ikatan hatimu denganku yang tak terkalahkan bahkan oleh hilangnya kamu dari bumi ini. Kenapa ia harus datang? Aku sudah baik-baik saja tanpa hadirnya orang-orang yang terlalu tahu kita. Bagaimana ia bisa memintaku kembali masuk ke dunianya yang jelas akan menghadirkan kamu, kamu dan kamu? 

Sudahlah, ia hanya membuatku merindukanmu dengan perasaan meledak tak menentu, aku ingin bercerita saja. 
Akhir2 ini aku merasakan hari berlalu begitu cepat, tidak lama lagi bahkan tahun akan segera berganti, begitu saja. Apa sebab? Sekarang aku melihat warna dengan lebih jelas, seperti katamu bahwa jangan sampai kita hanya sibuk pada satu ranah, ah bagaimana aku bisa lupa pada percakapan dibawah pohon palem di pagi nan berembun itu. Kau tahu, saat aku membuka mataku lebih lebar, beragam warna mulai terlihat terang, meski kadang aku jelas berlaku bodoh dengan bergantung pada warna yang aku ingin lihat saja, masih, tapi saat ini jika itu terjadi aku mengetuk kepalaku dan sadar kembali. Mengapa harus hitam jika dunia tidak selalu tentang jelaga yang bahkan hitamnya pun tak jelas? Mengapa harus jingga padahal hari tidak selalu tentang senja? Atau satu warna saja. Hidup tidak memberi ruang pada orang yang meratapi keadaan. Hidup kadang juga mesti dilalui dengan pongah meski seharusnya gagah dan bijak tetap jadi pilihan utama.

Bagaimana denganmu disana? Aku kadang iri hingga dulu aku juga meratap ingin ikut bersamamu, melenyapkan semua duka, gundah juga bahagia sekaligus, tak merasa apa-apa. Bukankah begitu? Bagaimana mungkin aku dulu sebegitu yakin bahwa disana kau bisa merindu selayaknya aku padamu? Kau begitu tenang disana, dekat tapi tak terjangkau. Meski aku merasa kau dekat, sebenarnya kamu sudah begitu jauh. kamu sudah lama membiarkanku, melepasku tapi aku saja yang lama. Selalu kamu ulang menjelang tidur kata-kata yang menurutku lelucon bodoh, "Haruskah aku bangga memiliki wanita yang keras kepala untuk berteguh hati pada satu saja? Bagaimana kamu bisa berlepas diri dariku jika aku tiada?". Aku selalu tersipu juga marah. Kupikir itu lelucon yang tidak lucu dan benar seketika kamu pergi kesana tanpa mengajakku, aku mati rasa. Ah sudahlah, untuk apa diratapi jika bahkan menangis darahpun kamu takkan pernah kembali.

Hey, mengapa lagu sendu masih kunyanyikan begitu? Kembali ke hari-hariku, aku suka beberapa episode meski juga membenci sisanya. Cukup tidak suka sebenarnya, tapi usia membuatku belajar membenci..ah burukkah? Jelas, aku tahu hukumnya tapi lagi aku bahkan tak mengerti tiba-tiba ia ada begitu saja. Hmm, aku berpikir jika saat itu bukan kamu yang menyelamatkanku, jika waktu itu aku yang pergi, apa kamu akan menggila sepertiku? Mengunci diri, menenggelamkan jiwa dan raga dibalik tumpukan kertas tak bernyawa itu atau kamu akan dengan mudah lupa lalu melanjutkan hidup dan menganggapku bagian dari memori saja? Kamu benar, tak semestinya aku menggantungkan diri pada satu hal saja kecuali Tuhan yang takkan pernah mengabaikan dan meninggalkanku kapanpun itu. Tidak sepertimu yang juga fana, yang bisa diambil kapan saja. Sudahlah, mungkin aku akan memberanikan diri singgah ke tempat istirahatmu libur ini, meski masih kupertanyakan apa gunanya dan bagaiman caranya bersiap diri. Lihatlah nanti, yang jelas kamu tahu aku selalu mengingatmu, itu saja.



1 comment:

  1. The story is good, but somehow i reckon this time it's not about bloody hell myself yeah.

    ReplyDelete