Allah Maha Baik

Wednesday, June 5, 2013

Menjadi Hakim

Waktu kuliah teman saya pernah dengan lantang mengatakan bahwa ia tak akan pernah mau memilih profesi hakim, berat katanya. Selain harus menghafal KUHP dan banyak UU, PP, dan sejenis itu, profesi ini dekat sekali dengan dosa katanya. Hehe, saya tersenyum saja, bertindak adil yang seadil-adilnya itu memang sangat sulit.

Meski demikian, dalam kehidupan sehari-hari, saya sering menemukan manusia pada umumnya bisa dengan mudah menjadi hakim bagi orang lain, menghakimi seseorang atas apa yang ia lakukan. Menganggapnya baik se jagad saat diperlakukan dengan anggun atau pun bisa langsung dengan mudah mengatakan ia orang jahat karena diperlakukan tidak sebagaimana mestinya.

Yang paling tidak mengenakan tentu saja saat berada di posisi tertuduh, bersalah. Sekali bersalah saja, orang bisa dengan mudah menghakimi seseorang itu negatif yang harus segera dimasukkan ke dalam list hitam interaksi sosial misalnya. Ah, jahat sekali. Sekali salah kemudian ia bisa dengan mudah dianggap terus bersalah untuk setiap lakunya, tindak tanduknya. Kadang, saya berpikir, jangan-jangan seseorang yang sering berbuat jahat itu menjadi demikian karena stempel yang ditempelkan pada namanya. Singkatnya sekali ia bersalah, lantas tidak dipercayai, orang tersebut menjadi persis seperti apa yang dikatakan para hakim di sekitarnya.

Benarlah menjadi hakim bukanlah hal yang tepat jika kita belum bisa adil, objektif dalam menilai sesuatu atau seseorang apalagi jika hanya mengenal mereka sebatas kulit. Alangkah sadisnya jika ketidakpercayaan ataukah perkataan-perkataan menghakimi kita menjadikan seseorang pribadi yang kian buruk. Be wise.

No comments:

Post a Comment