Allah Maha Baik

Monday, June 17, 2013

Kuliah S2 Ke Luar Negeri

Semakin bertambah umur saya makin sensitif, entah itu dengan intonasi ucapan yang tinggi atau sikap acuh yang menyebalkan. Banyak sekali pengabaian dan sikap skeptis saat saya mengungkapkan sesuatu yang sedikit berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya.

Terlebih untuk hal satu ini, kuliah S2, luar negeri pula..sudah sekian banyak kalimat mengejek yang saya dengar, baik itu dari kalangan keluarga maupun rekan kerja. Umumnya mereka mengatakan untuk apa sekolah lagi, toh cuma ngajar SMP ini. Atau ada lagi yang bilang kamu kan sudah ke luar negeri apa tidak capek? :D capek? Oh no. Sesaat saya pernah down dengan kata-kata bernuansa negatif ini, ugh mungkin sebaiknya meniru katak yang tuli jika ingin berbeda.

Perkara kuliah ini cukup complicated hingga saya lama sekali menunda. Terutama dari orang tua. Saya kadang bingung dengan orang tua saya yang cukup paham, tapi tetap berat kalau saya yang melakukannya, alasannya klise, "kamu kan perempuan, nanti kalau sudah bergelar master, luar negeri pula, akan makin sulit jodoh." Kalimat sederhana yang menggelitik tapi jangan salah, saya tetap anak yang baik dan penurut kala itu hingga niat kuliah ini mesti disimpan rapat dalam hati. Belum lagi, dari para calon (yang belum tentu jadi) suami, yang lantas mengerutkan kening saat saya bicara ini, hehe salah satu syarat adalah mengijinkan saya pergi dalam waktu dekat. Sukseslah baik menikah maupun kuliah menjadi misteri sumur dalam bagi saya.

Kuliah S2 ini sudah menjadi mimpi yang tergantung di langit yang belum naik juga, masih sebatas mimpi. Layaknya proses pendewasaan diri, niatan kuliah ini juga membuat saya banyak melakukan kontemplasi. Diawal selain beberapa alasan diatas, saya juga mendorong diri saya untuk menunda kuliah jika niatnya masih sebatas ingin mendapat kedudukan di mata manusia. Pujian dan sejenis itu memang sesuatu yang cetar membahana. Namun makin ke sini saya mulai merasa bahwa ilmu yang saya miliki masih sangat sedikit hingga saat berhadapan dengan masalah-masalah yang kecil namun rumit membuat saya menyerah dengan mudah.

Jujur saja, saya paling tidak tahan ejekan dan cemoohan, apalagi untuk sesuatu yang sifatnya personal sekali. Kenapa sebagian orang merasa paling tahu niat orang lain saat melakukan sesuatu? Ada yang bilang kata-kata negatif harus bisa menjadi cambuk untuk menapak lebih tinggi. Hmm, lihat saja apakah ini hanya sebuah mimpi yang yang akan tergilas oleh waktu, atau termasuk salah satu mimpi yang akan jadi kenyataan. Wuaaah, yang penting endingnya tetap happily ever after :)

No comments:

Post a Comment