Allah Maha Baik

Saturday, May 18, 2013

Manusia itu Lemah

Manusia dikatakan lemah, memang sudah kodratnya demikian meski ia juga dibekali dengan amunisi untuk menjadikan ia kuat, bukan berarti ia benar-benar kuat. Lihat saja, berapa banyak manusia yang terjerumus dalam banyak kejahatan, apakah itu kejahatan pada dirinya sendiri, menzalimi diri dengan memakai obat atau minum minuman keras sekeras batu yang bisa merusak diri, ataukah membawa dirinya berlarut-larut dalam stres hingga depresi tanpa keinginan bangkit yang nyata. Juga kejahatan yang melibatkan orang lain, apakah itu membunuh (termasuk pembunuhan karakter), mencuri, mempermainkan perasaan dan harapan orang lain, hingga kejahatan besar yang berdampak sistemik pada negara tercinta.

Lihat saja, jika manusia kuat, ia bisa dengan mudah membentengi diri dengan pilihan-pilihan hidup yang membawanya pada jalan yang benar. Jalan tujuan hidup yang sudah diperintahkan yaitu menyembahNya, dengan cara yang beragam, tak peduli pada kondisi apapun. Tapi, lagi, manusia terlampau lemah, lihat saja banyak yang ingin berhenti dari hal buruk yang ia lakukan tapi dengan mudah kembali lagi, terus menerus padahal hati kecilnya berontak, mengutuk pilihannya, mencaci kelalaiannya. Manusia tak pernah bisa bergantung pada dirinya, ia butuh campur tangan yang sempurna untuk bisa terus bertahan memperbaiki diri.

Manusia juga lemah dalam semua hal kurasa. Lihat saja, tak pernah ada manusia yang suka dan tahan hidup sendiri. Kecuali tarzan mungkin, bahkan tarzan tetap mencari teman meski bukan berasal dari jenisnya. Manusia punya kebutuhan tak terelak, tak terbantahkan untuk disayangi, diperlakukan dengan mulia, dan diperhatikan secara kontinu. Ada juga kebutuhan narsisme, anggap saja demikian, terbukti dari laris manisnya jejaring sosial apapun bentuknya, dari negara manapun yang tak pernah sepi penggemar. Karena manusia butuh aktualisasi diri, sangat ingin menarik perhatian meski sebagian menonjolkan diri dengan cara berlebihan, ataupun salah.

Hari ini, aku menyaksikan satu bukti lain betapa manusia sangat jauh dari kuat. Meski badannya sekekar Ade Rai, ia tak pernah bisa sempurna menahan diri dari berbagai bentuk dan warna emosi yang mengelilinginya. Ambil satu, marah. Betapa manusia mudah dikuasai amarah, meski kadang ia menyebutnya itu karena sedang dalam masa kedatangan tamu, tidak mood karena urusan rumah tangga, atau sakit, dan sejenis itu. Tak pernah benar-benar ada yang bisa mengelola dirinya dengan sempurna, sesempurna nabi misalnya.

Aku terdiam melihat kedua rekan kerjaku yang kupikir sangat pendiam dan tidak banyak menarik perhatian, bertengkar sengit pagi ini, dengan alasan sangat sepele. See, seorang berpendidikan pun bisa tiba-tiba berubah menjadi anak kecil berebut mainan saat emosinya naik, meski katanya being a kid is not a crime. Padahal dalam hati, siapa yang mau bertengkar dan mencari masalah dengan orang lain, terlebih lagi dalam lingkup dunia kerja yang setiap hari bertemu, berinteraksi. Tapi lagi, ini menunjukkan tiada kekuatan abadi yang bisa dikendalikan manusia, meski bisa kukatakan rasa sombong juga menyertai setiap manusia bagaimanapun bentuknya.

Manusia punya kecendrungan untuk salah. Dekat saja, ia suka bergunjing, membicarakan urusan pribadi yang jelas-jelas larangannya tentang ini. Bahwa manusia harus menjaga aib, karena ia sendiri pasti tidak suka jika aibnya terbuka dimana-mana. Bukti, Allah saja sangat sayang dengan menutupi semua borok, busuk hati manusia di hadapan manusia lainnya, sadar atau tidak sadar. Belum lagi, sifat congkak dan sombong luar biasa, yang jika berhasil sedikit ingin dibuka, dan jika gagal ia malu. Kesuksesan yang cuma segenggam dianggapnya sebagai tombak untuk menunjukkan diri, dijadikan senjata untuk menjahanamkan hidup orang lain. Tak ada manusia yang sempurna. Semua lemah, karena sejatinya memang demikian. Hanya manusia yang sadar diri dan punya kerendahan hati untuk minta pertolongan yang sebaik-baiknya penolong yang bisa menjaga diri seminimalis mungkin dari kesalahan.

*On the way of another contemplation.

No comments:

Post a Comment