Allah Maha Baik

Sunday, October 13, 2013

Pantai Lalang

Menyusuri pantai Lalang di Minggu pagi akhirnya menjadi kebiasaan, meski awalnya sulit karena harus memaksa kaki berjalan (lagi).


Pantai Lalang, tidak ada yang istimewa dibandingkan pantai-pantai lain yang pernah saya kunjungi. Hanya saja, letaknya yang paling dekat rumah membuatnya menjadi satu-satunya destinasi pilihan saat saya butuh bercerita, bermonolog dengan pikiran yang berseliweran di kepala.

Untuk tempat wisata, saya punya dilema akut yang belum tersembuhkan hingga saat ini. Disatu sisi, saya sangat menyukai keheningan, tempat yng hening untuk menyepi namun disisi lain saya takut diculik :D, oleh karenanya pilihan waktu saya datang ke pantai ini pun kadang sangat ekstrem. Contohnya, dua minggu lalu, saya datang setelah sholat subuh, dengan perkiraan telah ada orang karena biasannya sehabis subuh minggu tetangga saya, para ibu sudah mulai keluar, tapi ternyata tidak ada satu orang pun di sana. Sukseslah saya harus memberanikan diri. Nah, lain lagi pagi ini, saya datang agak siang dengan resiko akan ada banyak orang yang berarti acara semedi dan kontemplasi saya yang panjang akan terganggu, and tadaaa, ternyata memang iya. Disana sini, anak-anak berlari, berteriak, loncat-loncat, dan sejenis itu.

Pantai Lalang bukan destinasi wisata tentu saja bagi saya, tapi menjadi salah satu tempat favorit dikala harus memikirkan jawaban-jawaban dari persoalan hidup yang menggantung, statis kadang, dan sulit diselesaikan. Bukan Selain itu, pantai ini bisa menjadi sasaran tempat untuk memulai kebiasaan berolahraga saya yang terpendam sebelumnya. Dengan hanya berjalan atau berlari (sedikit) saya sudah cukup yakin bisa merayakan hidup nanti pada saat tua (ah ya). Um, itu bagian dari the art of getting older gracefully nampaknya :) Rencana awalnya, saya hanya akan berjalan atau berlari di pinggiran tapi saya selalu tergoda untuk menanggalkan sepatu butut saya lalu bermain pasir, lalu merendam kaki di gemericik air :D, that's life uh?


Hm, kembali ke pantai Lalang. Pantai ini tidak selalu ramai, hanya pada waktu-waktu tertentu, saat ada event misalnya, atau weekend. Ah, jangan coba-coba kesana Minggu sore, maka pesona pantai akan tenggelam oleh riuh rendahnya suara manusia dan derum mesin motor yang tak kunjung henti. Saya pernah sekali, saat ada dua murid saya yang rajin meminta konsultasi khusus di hari Minggu dan memilih ayunan pantai Lalang sebagai tempat berdiskusi. Alhasil, saya pulang dengan kepala berdenyut karena bising yang tak tertahankan.

Pantai ini juga menjadi tempat liburan favorit keluarga sepertinya, karena saya selalu menemukan pasangan yang membawa anak-anaknya entahkah untuk berenang, ataupun hanya berjalan di pinggiran pantai. Oh ya, matahari pagi terbit dengan sangat anggun disini. Saya selalu berkesempatan bertegur sapa dengan mentari pagi yang menjanjikan janji kehidupan yang lebih baik tiap harinya. Coba, jika semua janji dapat tertunai dengan baik seperti janji matahari yang akan datang tiap paginya.

No comments:

Post a Comment