Allah Maha Baik

Thursday, November 13, 2014

Trimester Ketiga

It's not a dead end, yet.

Nujuh Bulanan

Well, di keluarga tidak pernah dengar istilah atau acara ini. Lain lubuk lain ikannya, mertua tercinta tetap ingin menjalankan tradisi keluarga plus mengikuti anjuran adat dst dst, haruslah kami meluangkan weekend awal November lalu untuk menjalani beragam prosesi nujuh bulan. Tak ubahnya menjadi pengantin yang kedua kalinya, hanya saja sekarang sang pengantin terlalu seksi hingga tak sanggup bersanding lebih lama.

Acara tentu saja diramaikn oleh pihak keluarga suami terutama, tetangga, dan kolega mertua. Sehari sebelum hari H sudah diramaikan oleh acara masak jamaah, dan hiruk pikuk dari pagi hingga malam. Beberapa yang beda ialah punya prosesi pijat plus mandi bunga-bunga, doa (seperti acara lain), rujakan, terus dilanjutkan prosesi resepsi yang membuat kaki rasa mau patah.

Yang saya tunggu-tunggu adalah pijatan..hiks kirain akan di pijat secara menyeluruh dan berkesinambungan karena badan ini rasanya sudah tak kuasa. Berjalan pun susah, jongkok susah, dibonceng motor susah, naik bus jauh lebih menderita. Capek pakai banget untuk semua jenis aktivitas. Ternyata oh ternyata pijat 7 bulan itu tak ubahnya di elus perut saja, weh, saya kecewa. Sang nenek hanya membuat otot perut tidak terlalu kencang karena aktivitas saya yang macam-macam, nyetir, naik turun tangga, ngomel, berdiri kesana kemari. Setelah satu dua tiupan saya diminta mandi bunga-bunga, serem ya kalau di sebut mandi kembang. Saya disiram dengan bunga warna warni tapi tidak wangi sama sekali, puiiiih.

Yang paling sulit ialah resepsi, berjejer bersama mertua dan suami. Meski ketiganya berdiri dan saya sesekali ngumpet, tapi tetap saya yang di cari, tokoh utama nujuh bulanan ceritanya. Cuappppeeeek sangat, padahal cuman salam-salam, tegak duduk, tapi perut saya kan gendut, can I just lay down? Acara ini berlangsung hingga sore, sore sekali hingga kaki, tangan, badan sudah tidak terkoneksi dengan baik dan benar.



Trimester ketiga ternyata jauh lebih sulit lagi. Wajar jika surga di telapak kaki ibu, karena jadi ibu itu benar-benar hatus siap lahir batin. Ini saja yang masih calon ibu rasanya kadang tak sanggup. Kombinasi bobot yang terus bertambah plus suhu tubuh yang kian meningkat plus emosi yang super labil menjadikan setiap hari adalah momem lelah tak terhingga. Belum lagi tuntutan pekerjaan yang menggila dan urusan rumah tangga yang juga punya porsi besar membuat hidup jadi rumit. Moga di beri kesabaran dan disiapkan mental untuk jadi ibu yang spesial,

No comments:

Post a Comment