Allah Maha Baik

Thursday, January 1, 2015

Hell Ya Drama Queen

Jika kalian penggila drama, mau itu Korea, India, Western, Indonesia juga, maka mudah untuk menemukan pasangan-pasangan penuh cinta yang selalu menjaga cinta, yang mati-matian berjuang demi cinta, melakukan hal kecil hingga extra besar untuk yang dicintai, pokoknya all about love. Nah ketika sedang jatuh cinta pun rata-rata orang jadi begitu meski tetap dibagi sesuai tipe, tipe lebay semua diumbar (belum jadi sudah foto sana sini, pajang kemesraan dimana-mana dengan resiko malu nanti pas sudah tua dan menikah dengan orang lain, pasang status penuh cinta dan hal tidak esensial dilakukan saat belum menikah...lah yang sudah menikah saja belum tentu berjodoh sepanjang hayat). Tipe kedua ekstrim sebaliknya, terlalu cool tidak jelas, sok sok ekslusif tidak mau mengumbar rasa padahal di dalam rumah juga cool, saking coolnya bikin tidak betah, tidak romantis cenderung mengganggu, suka galau sendiri, meski sudah jadi suami istri tapi sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak ada status romansa apalagi tulisan untuk pasangan, tidak ada pajang foto dengan alibi interaksi dewasa yang memuakkan, apalagi bunga mawar segar meski nyuri dari pekarangan tetangga. Tipe ketiga, abstain tidak pro kanan kiri.. hihi.. kayaknya masih ada tipe lain tapi nanti ditambahkan saja.

Terus apa hubungannya sama drama queen.. eh sebenarnya yang jadi drama itu bukan hanya pihak perempuan kok, laki-laki juga sama saja. Coba protes kalau ada laki-laki yang menolak perhatian. Pada suka kok kalau dikasih ini itu, diingatkan ini itu, diperhatikan, weh basically everyone loves being loved. 

Suka ga sih dijadikan center of his/her world? Jelaslah, saya rasa semua suka, mau gimana cueknya dia, diabaikan dan dijadikan sesuatu yang diincar lalu membiasa dan anteng-anteng saja itu tidak manusiawi. Lah katanya cinta kudu dijaga, hellow ini berlaku untuk yang udah merid saja ya, cinta ala remaja monyet tidak masuk hitungan. 

Orang bakal ngeles dengan bilang, ya iyalah dalam drama yang difilmkan itu pasangannya sudah mapan, apalagi film korea yang lagi laris menjamur, hampir semua tokoh prianya tampan, kaya, care banget, baik hati bin budiman lagi. Jadi mereka kerjaannya yah mempertahankan si cinta dengan melakukan hal hal cute yang menyenangkan hati. Tokoh wanita juga, sesibuk apapun mereka tetap saling berbagi kasih meski beberapa scene memang kurang logis. Oke oke terlepas dari tadi mereka memang dibayar untuk memerankan hal gila tersebut tapi bukan berarti tidak ada yang bisa dipelajari kan. Pingsan juga kalau kemesraan hanya terbatas pada masa saling mengenal setelah jadi dengan ikatan malah tidak mau ambil pusing, kerja kerja dengan alasan memberi nafkah tapi dengan santainya mengabaikan fungsi sebagai pasangan yang berbakti tempat berbagi, bercerita, memperbesar keluarga (meski dalam beberapa kasus sebagian hanya ingin keluarganya saja yang dikunjungi, dicintai tanpa mau berbuat sama), membangun tujuan sama biar ke surga sama-sama (kenyataannya juga tidak banyak yang peduli soal surga yang abstrak).

Menjadi drama juga tidak sama dengan mendramatisir apa apa secara alay, tidak berlebihan tidak pula minus sekali, mau enak sendiri demi kepentingan sendiri. Harusnya bertambah tahun orang jadi makin belajar ya bukannya senang dan ngadem aja dalam kubangan kebiasaan yang sama. Gimana mau akselerasi kalau makan hati, tidak bisa ditegur, tidak mau mendengarkan, ngeyel? Mau panjang mau pendek episode sebuah drama, dari belasan hingga ratusan, atau sejam dua kayak di tv swasta sebelah, semua pelaku mendapat pelajaran, hikmah, melakukan perubahan, lebih banyak mendengarkan orang lain ketimbang bertuhan pada ego pribadi, dan sejenisnya. Sayangnya walau hidup adalah penggalan drama, hidup tidak selalu menyajikan ending bahagia. 

No comments:

Post a Comment