Allah Maha Baik

Tuesday, October 14, 2014

Tentang Sinetron Remaja

Hmm, ingin berkeluh kesah soal sinetron yang banyak beredar sekarang. Dari dulu saya memang bukan penggemar tayangan jenis ini meski ada kalanya jika bosan, ikut juga menyaksikan setengah atau satu episode.

Meski tidak ahli dalam hal bikin film, setidaknya bolehlah mengeluarkan uneg-uneg, tidak bisa pula disebut resensi karena tidak sedalam itu. Sineton yang ingin saya komentari bukan sinetron kegemaran ibu-ibu rumah tangga tapi yang sekarang lagi hebohnya dengan singkatan-singkatan yang di sukai para remaja. Sinetron jenis ini awalnya saya pikir tidak mungkin melekat di hati pemirsa, secara sudah sangat tidak masuk akal. Dulu tayangan tv swasta kita dipenuhi sinetron penuh cinta abg, ada tokoh protagonis yang 'suka' di bully, ada pangeran penyelamat, lalu tokoh antagonis yang malah menguasai suasana. Seperti tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan anak-anak sekolah ini selain mengurusi sekelumit masalah cinta, berebut kekasih, berebut harta... oh no. Saya pikir ini adalah titik terendah jenis tontonan yang bisa disajikan, namun sekarang lebih payah, selain beberapa poin diatas sekarang di tambah dengan bumbu-bumbu di luar logika seperti tokoh-tokoh utama yang memiliki kemampuan gaib, kejedot sesuatu hingga mendapat kekuatan berubah. Okelah jika jadi power rangers, ini berubah menjadi beragam jenis hewan yang punya kekuatan...God.

Tidak tega rasanya membiarkan mata untuk menoleh pada tayangan jenis ini, tapi yang membingungkan mereka malah jadi tontonan favorit dengan rating tinggi, hingga tak cukup satu, sekarang malah film-film sejenis kian bertaburan di banyak channel. Mirisnya, anak-anak usia remaja yang sedang produktif dan kreatif malah menjadi sasaran utama menonton tayangan ini. Saya bingung, bukannya sinetron atau film itu bisa jadi bagian cerita naratif yang didalamnya mesti mengandung pesan moral, lebih banyak pesannya daripada hal teflalu imaginatif lainnya. Sayang sekali jika film-film yang di luncurkan selalu bernada mirip, tidak edukatif dan membangun, memotivasi biar lebih baik misalnya, jadi lebih rajin belajar atau juara dalam berbagai bidang, tidak melulu soal cinta yang harusnya hanya jadi bagian sangat kecil dari alam semesta yang luas membentang dengan segala jenis ilmu di dalamnya.

Semoga suatu hari nanti, film yang ditayangkan di prime time jauh lebih berinovasi untuk menjadikan anak-anak remaja lebih mawas diri, tidak terbuai oleh dongen semu kehidupan yang bikin mewek dan manja.

No comments:

Post a Comment