Datangnya hujan juga dinantikan banyak orang, terutama yang sudah mengalami kekeringan air sumur. Hampir semua kolega mengalami hal ini, membuat para suami sibuk di petang hari mengangkut berderijen air demi orang-orang tercinta di rumah. Untunglah hunian sementara kami punya sumber air yang tak terkira banyaknya, yang sangat mengerti bahwa penat dan lelah di sore hari tak perlu di tambah keringat mencari dan mengangkut air.
Hujan, kemarin hujan pertama setelah mungkin sebulan lalu. Sebulan lalu pun hanya beberapa menit saja. Kemarin ia datang cukup lama, membuat debu berlarian meski hawa panas masih tersisa di relung-relung tiap ruangan berpenghuni. Hari ini hujan datang lebih lama, membuat payung yang telah lama pensiun kembali bekerja. Membuat senyum mengembang lebih lama meski basah, meski percikan air membuat kaos kaki jadi lembab serta langkah mesti tertahan karena semua trotoar dan jalan licin dan penuh bercak noda. Terlalu bahaya jika terpeleset dengan bobot tubuh yang luar biasa ini.
Hujan, membawa berbagai kenangan lama yang meninggalkan sensasi menyenangkan. Serta merta melintaslah cuplikan duka namun tersamar. Terngiang sebuah lagu berjudul sama, lagu lawas dengan ritme beat yang gembira.
Hujan, membawa pemikiran saya tentang kebodohan, atau naluri penyelamatan diri, atau penyesuaian pada banyak hal. Akankah hujan kali ini bertahan setidaknya se pekan? Atau dua hingga tiga hari lagi hingga sejuk bisa bertahan lebih panjang?
No comments:
Post a Comment