Sudah sekian lama ingin menceritakan kilas balik (eleh) perjalanan ke Jakarta bulan lalu yang rada-rada
mendebarkan :D. Jakarta bukanlah tempat asing sebenarnya, karena saya sudah berulang kali kesana dengan berbagai tujuan, tapi tetap saja jika harus pergi ke daerah baru yang belum dijajaki saya merasa dag dig deeerr.. Kemarin itu tempat yang saya tuju sebenarnya tidak terlalu jauh dari biasanya, masih di seputaran Jakarta Pusat tepatnya di Jalan Sudirman. Dan saya juga biasanya memutari Jalan Sudirman, hihi, semua jalan di Belitung ini namanya Sudirman. First yang saya lakukan adalah pencarian lokasi :D. Honestly, saya pembaca peta yang buruk, menjunjung tinggi teori "Why man can't listen and woman can't read maps?", okeh itu hanyalah pembenaran tentang rusaknya navigasi di kepala saya. Tapi karena ini perlu, maka saya memaksakan diri membaca google maps dan mereka-reka transportasi jenis apa saja yang harus saya pilih. Setelah dihitung-hitung jarak dari bandara Soetta menuju Sudirman, saya memperoleh dua arah yang diperkirakan cukup dekat yakni gambir atau blok M. Eh tunggu dulu, kenapa saya memilih repot mengecek jurusan Damri bandara ketimbang naik taksi? Lagi, saya punya phobia aneh terhadap taksi Jakarta, meski saya sudah tahu mana yang punya kredibilitas baik mana yang harus dihindari. Tapi selagi saya masih bisa memilih moda transportasi yang ramai orang didalamnya, saya akan pilih itu :) Oke, berbekal semangat pagi, akhirnya tanggal 17 Oktober pun tiba, let's try the route!
Ganbatte!
Pagi-pagi, subuh dengan mata yang mengantuk berat karena malamnya harus siap-siap, packing, dll, sang sopir travel sudah menjemput dengan setia. Karena masih subuh, saya pastilah belum memasak apapun, hanya ada potongan pear hijau yang tersisa di kulkas. Jadi sesampai di bandara, saya memutuskan untuk menikmati sarapan ala Indonesia yakni gorengan :D, tidak sehat, tidak mengenyangkan tapi setidaknya bisa membantu saya sedikit menjauhi sakit perut di pagi hari.
Tak lama kemudian, pesawat yang dinanti pun tiba. Tambahlah saya pusing, harus bagaimana nanti meski sudah mendapat gambaran yang ehm kabur tentang kemana saya harus pergi. Sampai di soetta, saya memutuskan makan dulu, karena saya yakin perjalanan ini akan memakan waktu. Pilihan makanan saya jika berada di bandara pastilah fast food (weh) sama sekali bukan makanan yang sehat, lagi. Lalu, saya menyeret koper menuju pol pemberangkatan Damri bandara. Saya berbasa basi bertanya bus mana yang bisa menurunkan saya dekat dengan Sudirman, mbak yang sedang pusing dan banyak masalah itu menjawab dengan setengah hati, Blok M mbak. Saatnya menunggu bus tersebut.
Saya sengaja memilih duduk di belakang sopir dengan maksud tersirat nanti akan bertanya baiknya turun dimana. Bus meluncur degan tenang, sopirnya terlihat garang dengan kaca mata hitam yang bertengger di wajah beliau yang mulai kelihatan lelah. Well, setelah peperangan batin yang cukup alot, saya memutuskan bertanya pada sopir dengan mengetuk sisi baiknya (caranya: memasang muka memelas), sang sopir akhirnya bertanya Sudirman nya mana mbak? Ugh, saya ditanggapin, yeee, kavling 25 pak, Hotel Grand Sahid Jaya. "Oh Sahid, ucapnya, kalau mbak mau lanjut pakai busway berhenti di halte polda, tapi kalau mau naik taksi berhenti di Semanggi aja, udah dekat dari sana." Setelah berpikir lagi, mending saya naik taksi secara bawaan saya yang jauh dari praktis untuk antri dan berdiri di busway sesiang ini. Finally saat berhenti di Semanggi, saya dipertemukan dengan mas-mas aneh yang maksa untuk mencarikan taksi. Sebutannya apa yah? Joki taksi begitu? yang kayak tukang parkir, sok-sok ngatur (tukang parkir jauh lebih ramah sebenarnya), sok tahu saya mau dicariin taksi apa, saya menggeleng dia maksa, menyebalkan. Negeri ini sudah terlalu ramai dan pekerjaan layak makin sulit dicari hingga mas-mas aneh ini bertebaran dimana-mana apalagi di ibukota tidak tercinta ini.
Hm, akhirnya saya bisa bernapas lega saat melihat hotel yang dituju sudah terlihat di depan mata, naik taksinya juga tidak terlalu lama..huffft, selamat...selamat. Jika pergi ke Sudirman lagi sekarang saya tahu rute yang harus diambil. Sepertinya, saya berencana untuk mencoba rute baru kapan-kapan :D, addict terhadap sesuatu yang awalnya tidak disukai itu memang sesuatu.
No comments:
Post a Comment